- Biomassa menjadi andalan bagi beberapa sektor industri sebagai pengembangan energi hijau yang dapat mengurangi efek kotor dari pembangkit tenaga listrik konvensional batu bara.
- Potensi besar serta semangat kuat para pelaku usaha EBT dan kehutanan tersebut akan mampu berkontribusi besar dalam proses transisi energi di Indonesia.
- Pemanfaatan melalui energi biomassa juga akan mengurangi emisi GRK yang ditimbulkan oleh pembakaran batu bara secara signifikan.
Tanah air melalui pemerintah terus menggenjot penggunaan energi terbarukan untuk seluruh masyarakat dalam rancangan khusus mencapai netral karbon tahun 2060. Berbagai energi terbarukan terus dikembangkan dan dimanfaatkan penggunaannya untuk mendukung kelistrikan dari sumber yang bersih dan diyakini mampu meningkatkan jumlah konsumsi listrik per kapita.
Biomassa menjadi andalan bagi beberapa sektor industri sebagai pengembangan energi hijau yang dapat mengurangi efek kotor dari pembangkit tenaga listrik konvensional batu bara. Sampah organik yang dihasilkan dari tanaman budidaya, alga, dan ranting tumbuhan mampu mengeluarkan energi biomassa yang dapat dijadikan sumber energi alternatif dengan bahan baku yang selalu terbarukan.
Energi Biomassa merupakan material yang berasal dari makhluk hidup, termasuk tanaman, hewan dan mikroba. Biomassa dapat dijadikan sebagai sumber energi untuk memenuhi berbagai kebutuhan yang berasal dari kegiatan industri kehutanan, pertanian, dan perkebunan.
Baca juga:
- Badan Geologi Sebut Tiga Lokasi Ini Berpotensi Untuk Penggunaan Panas Bumi
- PANEL SURYA DI MALAM HARI, BISA APA?
Untuk mengubahnya menjadi bahan bakar, diperlukan beberapa mekanisme seperti pada equipment gasifikasi agar dapat mengubah bahan bakar padat secara termokimia menjadi gas (cair). Dengan demikian, biomassa dari kayu dapat dikonversi menjadi tenaga listrik.
Dengan memanfaatkan biomassa sebagai tenaga listrik tentunya memiliki segudang hal positif. Hal ini dipaparkan langsung oleh Ketua Umum DPP MEBI (Masyarakat Energi Biomassa Indonesia), Djoko Winarno bahwa sinergi dan potensi besar serta semangat kuat para pelaku usaha EBT dan kehutanan tersebut akan mampu berkontribusi besar dalam proses transisi energi di Indonesia menuju net-zero emission pada tahun 2060 mendatang.
Bersambung dari rancangan netral karbon tersebut, Djoko menyebutkan biomassa memiliki karakter “istimewa” sebagai sumber energi baru terbarukan jika dibandingkan dengan energi yang lainnya.
“Pertama, biomassa adalah satu-satunya sumber EBT yang dapat dibawa kemana saja. Listrik yang dihasilkan oleh Pembangkit Listrik Biomassa (PLTBm) relatif stabil dan dapat tersedia setiap saat. Banyak lagi karakter khususnya.” ungkap Djoko pada diskusi virtual Kontribusi Sektor Kehutanan untuk Pengembangan Energi Biomassa di Indonesia, Jumat (18/2).
Beliau turut memaparkan, dampaknya pada pengurangan gas rumah kaca (GRK) juga sangat efektif dan jelas sekali. “Ingat, biomassa umumnya berasal dari kayu, dan kayu mengandung sulfur, yang emisinya jauh lebih rendah, sehingga berdampak langsung pada pemanasan global. Bila feedstock dari sampah (kayu), maka akan terjadi pengurangan emisi gas methane yang dihasilkan oleh tumpukan sampah. Untuk diketahui, gas methan merupakan gas yang daya rusaknya ke atmosfer 21 kali lebih tinggi dari CO2.” tambahnya.
Baca juga:
Djoko menegaskan bahwa pemanfaatan melalui energi biomassa juga akan mengurangi emisi GRK yang ditimbulkan oleh pembakaran batu bara secara signifikan. “Pemanfaatan biomassa efektif mengurangi emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari pembakaran batu bara di PLTU.” ujar Djoko.
Keunggulan lainnya yang dapat dipetik dari pemanfaatan biomassa sebagai sumber energi listrik menurut Djoko adalah dapat diproduksi di lahan-lahan kritis.
“Bila sumber biomassa ditanam di lahan-lahan kritis, misalnya lahan bekas tambang, maka hal ini pun akan membantu mengurangi pemanasan global.” tutup Djoko.
zonaebt.com
Renewable Content Provider
#zonaebt #sebarterbarukan #biomassa
Editor: Riana Nurhasanah
Referensi: