Baterai Mengubah Industri Energi Terbarukan?

Pekerja merakit baterai lithium-ion pada jalur produksi di provinsi Liaoning, China. Sumber: global.chinadaily.com.cn
  • Baterai lithium-ion menjadi teknologi utama dalam penyimpanan energi karena efisiensi tinggi dan dominasi pasar.
  • Biaya baterai turun 80% dalam satu dekade dan diperkirakan mencapai $60/kWh pada 2030, menjadikannya lebih kompetitif.
  • Kombinasi baterai dengan energi terbarukan mempercepat transisi ke listrik bersih dan mendukung target emisi nol bersih.

Jika kita menelaah lebih dalam penyimpanan energi berbasis baterai, baterai lithium-ion adalah teknologi yang paling banyak digunakan. Pada tahun 2020, hampir tiga perempat dari total kapasitas penyimpanan energi berbasis baterai di dunia berasal dari teknologi ini. Baterai ini juga digunakan dalam perangkat seperti ponsel, laptop, dan kendaraan listrik (EV). Selain itu, ada teknologi lain seperti baterai asam timbal, yang lebih banyak digunakan sebagai baterai starter pada kendaraan berbahan bakar fosil. Ada juga baterai aliran dan teknologi berbasis natrium, seperti baterai natrium-ion dan natrium-sulfur, yang sedang dieksplorasi untuk penyimpanan energi skala besar.

Namun, meskipun ada banyak alternatif, baterai lithium-ion tetap menjadi pilihan utama. Keunggulannya terletak pada kepadatan energinya yang tinggi dan efisiensi konversi daya yang baik. Kemajuan teknologi terus meningkatkan kinerja dan daya tahan baterai ini setiap tahun. Dengan riset dan inovasi yang terus berkembang, baterai lithium-ion semakin mendominasi solusi penyimpanan energi. Teknologi ini berperan penting dalam mendukung transisi ke energi terbarukan, terutama dalam memenuhi kebutuhan energi pada jaringan listrik.

Penurunan Biaya Baterai Lithium-ion: Faktor Kunci dalam Penyimpanan Energi Jangka Panjang

Penurunan harga baterai lithium-ion dari 2010 hingga 2030 berdasarkan data BloombergNEF. Chart oleh Michael Readey. Sumber: about.bnef.com

Sama seperti modul pembangkit listrik tenaga surya (PV), teknologi baterai lithium-ion semakin dominan dalam penyimpanan energi tingkat jaringan. Hal ini disebabkan oleh penurunan biaya yang signifikan setiap tahunnya. Dalam kurva biaya, terlihat bahwa biaya per kilowatt-jam (kWh) untuk baterai lithium-ion turun hampir 80% dalam dekade terakhir. Pada tahun 2022, biaya per kWh mencapai hanya $151, meskipun ada sedikit peningkatan akibat lonjakan harga bahan baku seperti lithium.

Menariknya, prediksi biaya produksi baterai lithium-ion pada tahun 2026 menunjukkan harga bisa turun hingga sekitar $100 per kWh. Hal ini membuat baterai lithium-ion menjadi salah satu solusi penyimpanan energi dengan biaya yang semakin terjangkau di dunia. Penurunan biaya ini didorong oleh tingginya permintaan kendaraan listrik (EV), yang menggunakan baterai lithium-ion sebagai pengganti mesin pembakaran internal. Peningkatan manufaktur massal, desain baterai yang lebih efisien, serta skala ekonomi dari produksi massal berkontribusi pada penurunan biaya ini.

Proyeksi untuk tahun 2030 menunjukkan biaya penyimpanan energi menggunakan baterai lithium-ion bisa mencapai $60 per kWh. Ini akan mengubah lanskap industri energi global, membuat penyimpanan energi lebih terjangkau dan efisien.

Transformasi Energi Terbarukan: Penyimpanan Baterai dan Peran Perusahaan Utilitas

Gambaran artistik Form Energy tentang fasilitas penyimpanan baterai yang mirip dengan yang akan dibangun di pembangkit listrik tenaga batu bara Comanche 3 milik Xcel Energy di Pueblo. Sumber: chieftain.com

Transformasi ke energi terbarukan yang didukung oleh penyimpanan energi kini semakin nyata, seperti yang terlihat pada langkah inovatif yang diambil oleh Xcel Energy. Pada tahun 2018, perusahaan utilitas ini mengumumkan rencana ambisius untuk memasang 275 megawatt penyimpanan baterai sebagai bagian dari integrasi dengan pembangkit tenaga surya mereka di seluruh negara bagian Colorado, Amerika Serikat. Keputusan ini didorong oleh permintaan pelanggan untuk meningkatkan proporsi energi bersih dan mengurangi emisi karbon dioksida hingga 60% pada tahun 2026.

Sebagai bagian dari strategi ini, Xcel Energy berkomitmen untuk meningkatkan pangsa energi terbarukan mereka menjadi 55% pada tahun 2026, dengan mengandalkan penyimpanan baterai untuk memastikan pasokan energi yang stabil dan terjamin. Hal ini mencerminkan keuntungan finansial dari penyimpanan energi berbasis baterai, yang kini lebih murah daripada menggunakan sumber energi tradisional seperti pembangkit gas alam. Dalam hal ini, Xcel Energy berhasil menggabungkan kepentingan ekonomi dengan keberlanjutan, menciptakan situasi win-win bagi konsumen dan industri.

Selain itu, keputusan ini juga menunjukkan bahwa penyimpanan energi berbasis baterai, terutama yang berbasis pembangkit tenaga surya plus penyimpanan (solar-plus-storage), kini menjadi alternatif yang lebih efisien dan terjangkau. Bagi perusahaan utilitas seperti Xcel, ini bukan hanya soal memenuhi permintaan energi terbarukan tetapi juga mendukung kesepakatan iklim global. Seperti Perjanjian Paris, yang bertujuan untuk memerangi perubahan iklim dan menurunkan emisi gas rumah kaca secara global.

Penyimpanan Energi Berbiaya Rendah: Kunci untuk Transisi Energi Bersih dan Masa Depan Tanpa Bahan Bakar Fosil

Pabrik Lithium Tianqi, salah satu produsen bahan baterai lithium-ion terbesar di dunia. Sumber: scmp.com

Penyimpanan energi, terutama teknologi berbasis baterai lithium-ion, berperan besar dalam meningkatkan kapasitas energi terbarukan di jaringan listrik. Dengan kemampuannya mengatasi fluktuasi pasokan dari energi terbarukan seperti tenaga surya dan angin, teknologi ini memungkinkan turbin angin serta panel surya bekerja lebih efisien, menghasilkan lebih banyak listrik tanpa emisi. Saat ini, Pumped Hydro memiliki basis terpasang terbesar, namun baterai lithium-ion semakin mendominasi, karena penurunan biaya yang signifikan.

Selama dekade terakhir, biaya baterai lithium-ion turun hampir 80%, menjadikannya solusi penyimpanan energi yang lebih hemat biaya dan lebih terjangkau untuk skala besar. Proyeksi biaya baterai dapat mencapai $60 per kilowatt-jam pada tahun 2030, menjadikan penyimpanan energi berbasis baterai teknologi dominan di seluruh dunia. Hal ini, memungkinkan sistem penyimpanan energi lebih terjangkau dan dapat diakses oleh banyak negara, termasuk negara berkembang.

Baca Juga



Tren ini sejalan dengan meningkatnya jumlah kendaraan listrik (EV) di pasar, yang turut mendorong penurunan biaya baterai. Dengan peningkatan efisiensi manufaktur dan skala ekonomi, biaya penyimpanan energi semakin kompetitif dengan sumber energi tradisional seperti pembangkit bahan bakar fosil. Akibatnya, kombinasi energi terbarukan dan penyimpanan, seperti solar-plus-storage dan wind-plus-storage telah menjadi metode paling ekonomis untuk menghasilkan listrik, secara bertahap menggantikan pembangkit berbahan bakar fosil.

Transisi energi global kini memasuki tahap kritis. Penurunan biaya penyimpanan energi yang terus berlanjut mendekatkan dunia pada pencapaian emisi nol bersih pada tahun 2050. Sistem energi berbasis angin dan matahari, didukung penyimpanan energi terjangkau, memberi peluang untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan mempercepat peralihan menuju sistem energi yang lebih bersih dan berkelanjutan. Mencapai target emisi 2030 kini semakin realistis, membuka jalan bagi masa depan yang lebih hijau, bersih, dan berkelanjutan.

#zonaebt #EBTHeroes #Sebarterbarukan

Editor : Alfidah Dara Mukti

Referensi

New Energy Outlook 2020

The world is changing.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *