
- Bata Tanpa Bakar pada konsep Green Building mendukung solusi kontruksi berkelanjutan dalam peluang bisnis hijau menuju net zero contruction.
- Biaya produksi untuk membuat bata tanpa bakar memiliki potensi harga yang rendah.
- Kolaborasi antara perguruan tinggi dengan pelaku usaha UMKM menunjukkan pengabdian kepada masyarakat dengan mendorong inovasi yang efisien dan menciptakan dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan.
- Bata tanpa bkar selaras dengan tujuan SDGs pada poin 11 dan 13.
Halo Sobat EBT Heroes!
Perkembangan teknologi di dunia semakin pesat, termasuk dalam sektor bangunan yang berperan besar dalam konsumsi energi. Pada tahun 2012, sektor bangunan menyumbang 50% dari total konsumsi energi dan menggunakan sekitar 70% listrik secara global. Dalam proses pembangunan, sekitar 30% emisi gas rumah kaca dihasilkan akibat konsumsi listrik yang berlebihan. Kondisi ini turut berkontribusi terhadap perubahan iklim yang semakin ekstrem.
Sejak tahun 1980-an, muncul konsep arsitektur berkelanjutan yang dikenal dengan Net Zero Energy Building (NZEB). Konsep ini bertujuan untuk menyeimbangkan energi yang dikonsumsi bangunan dengan energi yang dihasilkan dari sumber energi terbarukan, sehingga tidak meninggalkan jejak karbon.
Salah satu bentuk pengembangan material green building yang umum digunakan adalah batu bata. Inovasi bata tanpa proses pembakaran menghasilkan material yang lebih ramah lingkungan. Teknologi ini tidak hanya mendukung pengurangan emisi gas rumah kaca, tetapi juga memanfaatkan limbah industri, sehingga menjadi solusi konstruksi berkelanjutan yang potensial dalam mendorong bisnis hijau menuju pembangunan net zero construction.
Baca Juga
- Mengamankan Energi Baru Terbarukan (EBT) Tanpa Menggeser Subsidi Fosil
- Bahan Bakar Alternatif Pengganti Fosil
- Green Building adalah Inovasi Arsitektur Hemat Energi dan Ramah Lingkungan
Bata Tanpa Bakar, Bagaimana Prosesnya?

Salah satu jenis material ramah lingkungan dalam konsep green building adalah bata tanpa bakar. Material ini menjadi alternatif karena tidak menghasilkan emisi karbon dari pembakaran bahan bakar fosil. Selain itu, bata ini dapat dibuat dari berbagai bahan daur ulang seperti abu vulkanik, limbah plastik, atau campuran tanah dan semen. Dengan karakteristik tersebut, bata tanpa bakar sejalan dengan prinsip keberlanjutan (sustainability). Dari segi performa, bata tanpa bakar memiliki kekuatan tekan yang baik, bersifat isotermal, dan lebih ringan dibandingkan bata konvensional.
Secara sederhana, proses pembuatan bata tanpa bakar cukup efisien. Bahan baku yang digunakan meliputi tanah, semen, abu, dan air sebagai bahan pencampur. Seluruh bahan dicampur hingga menjadi adonan padat, lalu dicetak menggunakan cetakan manual atau mesin press hidrolik. Setelah dicetak, bata dikeringkan dengan bantuan sinar matahari selama kurang lebih dua minggu, tergantung kondisi cuaca.
Potensi Ekonomi Bata Tanpa Bakar untuk Material Green Building
Tren pembangunan green building terus mengalami peningkatan seiring tumbuhnya kesadaran masyarakat terhadap isu lingkungan. Kondisi ini membuka peluang ekonomi, terutama bagi pelaku usaha material bangunan seperti batu bata. Dalam konteks pembangunan berkelanjutan, inovasi bata tanpa proses pembakaran menjadi alternatif yang menjanjikan.
Berdasarkan hasil uji laboratorium oleh tim kreatif BRID dari Kota Bima, bata tanpa bakar memiliki ketahanan dua kali lebih kuat dibandingkan bata konvensional. Meski demikian, material ini masih memerlukan pengujian lebih lanjut untuk memastikan daya tahannya dalam jangka panjang.
Inovasi ini juga sejalan dengan regulasi pemerintah, yakni Permen PUPR No. 21 Tahun 2021 tentang Bangunan Gedung Hijau, yang mendorong penggunaan material rendah emisi dan berkelanjutan. Dengan demikian, pasar bahan bangunan alternatif seperti bata tanpa bakar memiliki potensi pertumbuhan yang tinggi.
Dari segi ekonomi, biaya produksi bata tanpa bakar cenderung lebih rendah karena tidak membutuhkan energi untuk proses pembakaran. Selain itu, bahan bakunya dapat berasal dari limbah industri maupun rumah tangga, sehingga membantu mengurangi limbah sekaligus menekan biaya material. Dengan kombinasi keuntungan finansial dan peningkatan permintaan pasar, bata tanpa bakar berpotensi menjadi peluang bisnis berkelanjutan sekaligus pendorong ekonomi lokal dalam transisi menuju net zero construction.

Dalam upaya mendukung solusi ramah lingkungan pada pembangunan green building, sekelompok dosen dan mahasiswa dari Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) menghadirkan inovasi bata tanpa bakar melalui program Pengabdian kepada Masyarakat (PKM). Kegiatan ini dilaksanakan untuk mendorong pemberdayaan ekonomi lokal di Kelurahan Tanjung Selamat, Kota Medan.
Bata tanpa bakar ini dibuat dari campuran tanah, semen, dan limbah organik. Proses pencetakan dilakukan secara sederhana, menggunakan alat manual dan metode pengeringan alami. Hal ini memungkinkan masyarakat untuk memproduksinya tanpa memerlukan keahlian teknis tinggi. Selain memperkenalkan inovasi teknologi, kegiatan ini juga memberikan pelatihan teknis, manajemen produksi, serta strategi pemasaran. Tujuannya adalah menumbuhkan kemandirian usaha dan mendukung pertumbuhan ekonomi lokal melalui UMKM.
Kolaborasi ini menjadi wujud nyata pengabdian kepada masyarakat melalui inovasi yang efisien dan aplikatif. Seiring meningkatnya permintaan terhadap material green building, bata tanpa bakar memiliki potensi besar untuk memperluas pasar sekaligus menciptakan dampak positif secara ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Baca Juga
- 6 Kriteria Green Building dan Contoh Bangunan di Indonesia
- Green Building: Bukan Tentang Warna
- Potret Konsep Green Building di Grha Unilever
Dampak Lingkungan
Penggunaan bata non-bakar memberikan dampak positif bagi lingkungan, salah satunya adalah pengurangan emisi karbon. Pada umumnya, proses pembakaran bata konvensional menggunakan bahan bakar fosil yang menghasilkan emisi CO₂ dalam jumlah tinggi. Sementara itu, bata non-bakar tidak memerlukan proses pembakaran, sehingga dapat membantu menurunkan emisi karbon secara signifikan.
Menurut laporan UNEP (2021), sektor konstruksi menyumbang sekitar 39% emisi karbon global. Oleh karena itu, penggunaan material rendah karbon seperti bata non-bakar menjadi langkah penting dalam menghadirkan solusi pembangunan berkelanjutan.
Selain berkontribusi terhadap penurunan emisi, penggunaan material daur ulang dalam pembuatan bata non-bakar juga mendukung konsep ekonomi sirkular. Limbah industri maupun rumah tangga yang sebelumnya tidak bernilai seperti fly ash, abu sekam padi, tanah bekas galian, dan lainnya—dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan yang berguna. Inovasi ini turut mengurangi volume sampah di tempat pembuangan akhir dan menekan konsumsi bahan baku alam.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dampak positif yang dihasilkan dari penggunaan bata non-bakar sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), khususnya poin 11 (Sustainable Cities and Communities) dan poin 13 (Climate Action). Inovasi ini tidak hanya menciptakan lingkungan yang bersih, aman, dan tangguh terhadap perubahan iklim, tetapi juga menjadi strategi menuju net zero construction di masa depan.
Tantangan Bata Tanpa Bakar Untuk Material Green Building
Dalam penerapannya sebagai material green building, bata non-bakar menghadapi sejumlah tantangan, salah satunya terkait standar kualitas. Tantangan ini muncul karena komposisi material yang digunakan cenderung bervariasi, tergantung pada ketersediaan bahan lokal. Ketidakkonsistenan bahan baku, terutama pada produk yang dihasilkan oleh pelaku usaha mikro, dapat memengaruhi kualitas bata secara keseluruhan, khususnya dalam skala proyek besar.
Selain itu, kurangnya dukungan terhadap produksi material ramah lingkungan seperti bata non-bakar membuat produsen kesulitan bersaing dengan bata konvensional yang sudah mapan di pasaran. Minimnya edukasi kepada masyarakat mengenai manfaat dan keunggulan bata non-bakar juga menjadi penghambat. Akibatnya, kesadaran masyarakat terhadap dampak lingkungan dari bahan bangunan yang digunakan masih rendah.
Menghadapi berbagai tantangan tersebut, diperlukan riset lanjutan serta pelatihan produksi bata non-bakar dengan teknologi yang tepat guna. Kolaborasi antara pemerintah, akademisi, pelaku industri, dan masyarakat sangat dibutuhkan untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut. Upaya ini akan memperkuat posisi bata non-bakar sebagai solusi dalam pembangunan berkelanjutan di masa depan.
#zonaebt #sebarterbarukan #EBTheroes
Editor : Alfidah Dara Mukti
Referensi
- Arsitektur Berkelanjutan ‘Net Zero Energy Building’ sebagai Solusi Perubahan Iklim
- Cara Membuat Batu Bata Tanpa Dibakar Praktis dan Efisien
- Bata Tanpa Bakar Selesai Tahap Uji Lab, Hasilnya Daya Tahan Dua Kali Lipat Dari Bata Biasa
- Dosen Fakultas Teknik UMSU Buat Batu Bata Tanpa di Bakar, Menuju UMKM Ramah Lingkungan
- 2021 Global Status Report for Buildings and Construction
- Building Green: Sustainable Construction in Emerging Markets