
- Jejak karbon digital adalah emisi rumah kaca dan konsumsi energi yang berkaitan dengan penggunaan perangkat digital, jaringan, dan layanannya.
- Sampah digital merujuk pada seluruh data yang tidak kita sortir untuk dibuang dapat menghasilkan emisi karbon hingga sekitar 2%.
- Jejak karbon digital meliputi seluruh siklus teknologi, mulai dari proses pembuatannya, pendistribusian atau penyalurannya, pemakaian, bahkan bisa jadi sampai tahap pembuangannya.
Halo, Sobat EBT Heroes! Hidup di era serba digital seperti saat ini, tentu aktivitas kita tidak jauh-jauh dari perangkat elektronik, terutama ponsel dan laptop atau komputer. Kegiatan yang sebelumnya dilakukan secara konvensional seperti mengirim surat pun dilakukan secara digital. Namun, Sobat EBT Heroes juga perlu waspada, bahwa penggunaan teknologi dapat berdampak pada jumlah karbon, terutama jejak karbon digital. Bagaimana bisa seperti itu? Lalu, apa saja kegiatan tersebut? Yuk, simak penjelasannya di bawah ini!
Jejak karbon digital mengacu pada dampak teknologi digital dan kegiatan daring atau online, termasuk di dalamnya adalah emisi rumah kaca dan konsumsi energi yang berkaitan dengan penggunaan perangkat digital, jaringan, dan layanannya. Hal ini disebabkan karena adanya proses pembakaran bahan bakar fosil untuk mengaksesnya.
Setiap aktivitas dalam dunia online akan terekam menjadi jejak karbon, tanpa terkecuali. Semakin sering kita berselancar, semakin banyak juga sampah digital yang menggunung. Sampah digital merujuk pada seluruh data yang kita akses dan tidak kita sortir untuk dibuang, seperti dokumen, foto, video, dan histori pencarian. Ternyata, data-data semacam itu menghasilkan emisi karbon hingga sekitar 2%, lho! Terlebih lagi, pengguna internet di Indonesia mencapai 83,7 juta, mengakibatkan emisi karbon yang dihasilkan mencapai 3,7%. Mengingat kehidupan saat ini yang berbasis teknologi, mengakses media internet sudah menjadi suatu kebutuhan primer, terutama bagi masyarakat Indonesia. Dengan demikian, bukan tidak mungkin jika emisi karbon dari hasil sampah digital maupun kegiatan berselancar di dunia maya akan terus meningkat per harinya.
Baca Juga
- Black Fungus Survived and Grows at Chernobyl Site Full of Radioactive
- Ramah Lingkungan, Inovasi Kereta Listrik Panel Surya Ramai Diminati
Sumber Jejak Karbon Digital

Secara spesifik, sebenarnya dari mana jejak karbon digital berasal? Menurut Plan Be Eco (2022), terdapat empat faktor yang menghasilkan jejak karbon digital.
1. Elemen hardware atau perangkat keras, seperti mesin komputer, printer, ponsel, modem, hingga kabel. Alat-alat tersebut biasanya diproduksi dengan bahan tambang yang langka. Biaya produksinya pun memerlukan listrik dalam jangka waktu yang tidak sebentar.
2. Pemakaian perangkat pengisi daya (charger) atau ketika menggunakan modem dan router yang membutuhkan aliran listrik yang terus-menerus. Hal ini untuk menjaga supaya internet yang dihasilkan tidak terputus. Hilangnya jaringan akan membuat hampir sebagian besar aktivitas manusia akan terhambat.
3. Aktivitas penyaluran data melalui pemancar jaringan LTE dan 5G. Begitu juga dengan kabel penghubung internet.
4. Penyimpanan data pada ruang server membutuhkan listrik dalam jumlah yang sangat banyak karena ribuan hingga jutaan terabyte data tersimpan di sana.
Dari keempat faktor tersebut, maka dapat dikatakan, bahwa sebenarnya jejak karbon digital meliputi seluruh siklus teknologi, mulai dari proses pembuatannya, pendistribusian atau penyalurannya, pemakaian, bahkan bisa jadi sampai tahap pembuangannya. Hal ini disebabkan oleh konsumsi listrik yang begitu besar untuk menjalankan tahapan demi tahapan tersebut.
Tidak hanya itu, Plan Be Eco (2022) juga menyebutkan, bahwa media sosial juga turut andil dalam menyumbang emisi karbon. Platform TikTok menjadi peringkat pertama yang menghasilkan jumlah karbon paling banyak di antara media sosial lainnya, yaitu 2,63 gram per menit pada setiap pengguna. Artinya, jika pengguna tersebut menggunakan aplikasi tersebut selama lima menit tiap harinya, maka setara dengan berkontribusi sebanyak 4800 gram karbon per tahun. Reddit berada satu peringkat di bawah TikTok, yaitu 2,48 gram karbon per menitnya. Selain kedua media tersebut, ada juga Pinterest, Instagram, Snapchat, LinkedIn, Twitter, Twitch, hingga YouTube yang menghasilkan jejak karbon paling sedikit, yaitu 0,46 gram karbon per menit.
Baca Juga
- Betulkah Penyebab Pemanasan Global Adalah Gas Rumah Kaca?
- Riset dan Inovasi Kendaraan Listrik: Mewujudkan Net Zero Emission 2060 dari Tangan Mahasiswa Indonesia
Upaya Pengurangan

Perangkat elektronik sudah menjadi bagian dari kawan kita di kehidupan sehari-hari. Tidak mudah untuk lepas sepenuhnya karena zaman digital seperti saat ini mengharuskan manusia hidup berdampingan dan up-to-date dengan sejumlah teknologi yang ada. Karena itu, upaya yang hanya bisa dilakukan adalah mencegah pertumbuhan jejak karbon digital.
Menurut Kominfo (2024), secara individu kita dapat berkontribusi dengan mengurangi sampah digital yang tersimpan dalam perangkat masing-masing, seperti:
- Menghapus email yang sudah dibaca dan spam email.
- Berhenti berlangganan newsletter yang tidak diinginkan.
- Membersihkan riwayat pencarian, cookie dan cache, serta extension yang tidak digunakan dalam browser kita.
- Menghapus aplikasi, duplikat foto, video, dokumen, maupun catatan lama yang sudah tidak diperlukan.
Lalu, apa tindakan pencegahan untuk organisasi atau perusahaan yang mengonsumsi teknologi dalam jumlah besar? Dilansir dari Nutanix (2023), terdapat beberapa strategi yang bisa mereka implementasikan, di antaranya yaitu:
- Menggunakan perangkat keras yang lebih hemat energi saat digunakan.
- Mengurangi penggunaan mesin fisik dengan beralih pada penyimpanan virtual untuk efisiensi listrik. Namun, bersih-bersih tetap dilakukan secara berkala agar tidak terjadi penumpukan sampah digital.
- Mencoba mengoptimalkan energi terbarukan seperti angin atau sinar matahari sebagai pengganti listrik untuk menjalankan mesin digital.
- Mengedukasi karyawan tentang jejak digital karbon
- Menentukan target penggunaan energi dan rutin melakukan monitor
Seiring berkembangnya zaman, akan banyak teknologi yang muncul ke depannya dan emisi karbon menjadi hal yang tidak dapat terhindarkan. Hampir tiap aspek dalam keseharian kita berkontribusi terhadap penambahan jumlah karbon. Karena itu, yuk perlahan-lahan kita mulai dari hal sesederhana membersihkan ponsel dan komputer masing-masing serta lebih bijak dalam menggunakan listrik.
#ZonaEBT #Sebarterbarukan #EBTHeroes
Editor: Adhira Kurnia Adhwa
Referensi:
[1] Waspada Jejak Karbon Digital!
[2] What is A Digital Carbon Footprint & How Can You Reduce Yours?