Tiongkok dengan produksi tenaga angin terbesar. Sumber: zonaebt

• Tiongkok menetapkan tenaga angin menjadi salah satu komponen utama dalam perekonomian negaranya.
• Pemerintah Tiongkok menargetkan penggunaan energi yang bersumber dari bahan bakar nonfosil 25% pada tahun 2030.
• Penggunaan tenaga angin dan surya di Tiongkok akan mencapai 1.200 gigawatt pada tahun 2030.

Tiongkok Mengalami Peningkatan Emisi Karbon Sebesar 10% Tiap Tahunnya pada Kuartal Kedua Tahun 2023

Tiongkok merupakan negara dengan penduduk terbanyak peringkat pertama dengan penduduk lebih dari 1,4 miliar banyaknya. Aktivitas pertumbuhan ekonomi yang maju juga disertai masalah baru, salah satunya polusi dari emisi karbon.

Hal tersebut sesuai data yang dilansir dari Carbon Brief, terdapat dua faktor atas terjadinya peningkatan emisi karbon di Tiongkok, yaitu pertama, fase masa lockdown akibat COVID-19 di beberapa area kota besar seperti Shanghai; kedua, fase terjadinya kekeringan pada aktivitas produksi armada pembangkit listrik tenaga air di Tiongkok. Selain itu, pertumbuhan investasi Tiongkok ke arah pembangunan tenaga pembangkit listrik berbahan batu bara meningkat sebesar 15% yang mulai dibangun pada tahun 2022 dan selesai pada tahun 2025 mendatang.

Walaupun dampak emisi karbon negara Tiongkok menjadi penyumbang terbesar, pemerintah Tiongkok memiliki rencana melakukan pembangunan ekonomi yang lebih ramah lingkungan dengan menggunakan energi terbarukan.
Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Presiden Tiongkok Xi Jinping yang optimis mencapai netralitas karbon di tahun 2060. Pemerintah Tiongkok menargetkan penggunaan energi yang bersumber dari bahan bakar nonfosil 25% pada tahun 2030.

Baca Juga:

---

• Pembangkit Tenaga Angin di Kota Fujian, China Mencetak Rekor Baru
• Rencana China Ciptakan Tenaga Angin Lepas Pantai Terbesar di Dunia

---

Mengapa Tiongkok Mengutamakan Produksi Listrik Energi Angin?

Tenaga angin merupakan salah satu sumber energi terbarukan yang dapat dihasilkan dari kerja turbin angin. Cara kerja turbin angin adalah turbin berputar jika angin atau udara sesuai dengan jumlah frekuensinya lalu menghasilkan energi mekanik yang dapat dikonversi dalam bentuk aliran listrik.

Tenaga angin merupakan sumber energi alternatif dan tidak memiliki batasan dalam penggunaannya. Energi angin juga tidak akan menghasilkan emisi gas rumah kaca yang berbahaya untuk lingkungan sekitar. Hal ini dipandang Tiongkok sebagai solusi masa depan dalam membantu perekonomian negaranya.

Beberapa alasan Tiongkok melakukan pengembangan pembangkit listrik tenaga angin adalah sebagai berikut.

1. Upaya peralihan pembangkit listrik bahan bakar nonfosil. Dilansir dari Worldometer, negara Tiongkok menyumbang emisi karbon sebesar 29,18%. Oleh karena itu, pemerintah melakukan pengembangan beberapa energi nonfosil seperti tenaga surya dan tenaga angin sebagai energi alternatif.
2. Pengembangan perekonomian lokal di daerah pedesaan. Pemanfaatan energi angin di beberapa desa yang sesuai kriteria khusus seperti letak geografis dan frekuensi angin dapat membantu perluasan jaringan listrik.
3. Peluang lapangan pekerjaan baru. Pengembangan pembangkit tenaga listrik nonfosil akan memberikan peluang kerja sebagai teknisi dan pemeliharaannya dalam ruang lingkup green jobs.

Langkah dan Kebijakan Pemerintah

Kebijakan energi terbarukan dengan tiga prinsip yang diterapkan seperti di bawah.

• Membangun Produsen dan Konsumen Nasional

Pemerintah tiongkok berupaya meningkatkan pasokan tenaga angin, tetapi menemui kendala karena harga pasar yang relatif tinggi, sehingga perkembangannya di tahun 2003 tidak maksimal. Oleh karena itu, pemerintah beralih pada kebijakan melalui proyek konsesi melalui pelelangan para investor umum. Pembangkit listrik tenaga angin berupa turbin angin dan komponen penting lainnya melalui proses penawaran dan dibeli oleh perusahaan jaringan tingkat provinsi. Kemudian dilakukan pembangunan industri dalam negeri. Hal ini menjadi cara untuk membuat pasar domestik menjadi stabil

• Melindungi dan Memajukan Industri dalam Negeri

Realisasi dari proyek konsensi yang dimulai pada tahun 2003 mampu memenuhi 70% produksi turbin angin untuk di dalam negeri sehingga terjadi peningkatan jumlah pabrik turbin angin lokal. Selain itu, Tiongkok berhasil menyalip Amerika sebagai produsen turbin angin terbesar di dunia.

• Menyusun Peraturan yang Mengikat

Pemerintah menetapkan rencana nasional pengembangan energi terbarukan dalam bentuk Twelfth Five-Year Plan for Renewable Energy in 2008 yang ingin mencapai target tenaga angin sebesar 5 gigawatt pada tahun 2010. Pemerintah memaksimalkan sumber daya dan kapasitas yang ada dalam pengembangan tersebut.

Hasil yang diperoleh

1. Instalasi tenaga surya dan angin terjadi pertumbuhan masing-masing sebesar 150% dan 80%.

2. Hingga kini pada tahun pertama 2023, Tiongkok telah mempunyai tenaga surya sebesar 78 gigawatt dan tenaga angin 23 gigawatt.

3. Penggunaan energi terbarukan ini mampu memenuhi permintaan kebutuhan listrik mencapai 4% per tahunnya.

Turbin angin yang berada di lepas pantai provinsi Fujian, Tiongkok, yakni dengan nama Goldwind GWH252-16MW, telah menghasilkan pasokan listrik sebesar 384,1 megawatt (MWh) dalam waktu 24 jam, setelah terjadi angin topan di daerah Tiongkok Tenggara.

Baca juga:

---

• Energi Angin dalam PLTB di China
• Energi Angin Menjadi Sumber Energi Alternatif Terbersih

Kesimpulan

Tiongkok mengalami pertumbuhan pesat dalam produksi energi terbarukan, salah satunya energi angin. Beberapa langkah-langkah strategis yang di ambil, yaitu menetapkan kebijakan yang secara bertahap beralih ke energi terbarukan dan pemerintahan dalam mendukung pembangunan industri dalam negeri yang menghasilkan produsen dan konsumen. Dalam hal ini, Tiongkok berhasil memajukan ekonomi lokal dan membangun sumber energi alternatif listrik nonfosil.

#zonaebt #EBTHeroes #Sebarterbarukan #MakinTahuIndonesia

Editor: Ni Luh Nyoman Vitari Amritaning Ati

Referensi :

[1] Analysis: China’s CO2 emissions in Q2 2023 rebound to 2021’s record levels

[2] World record: Wind turbine generates enough energy in a day to power 170,000 homes

[3] Perubahan iklim: Mengapa kebijakan China soal iklim penting bagi negara lain, termasuk Indonesia?