9 Sektor Industri Penyumbang Gas Rumah Kaca Terbesar Indonesia Menuju 2030

Data 9 Sektor Energi Penyumbang Gas Rumah kaca terbesar. Sumber: Instagram zonaebt
  • Emisi GRK Sektor Industri Indonesia
  • Dekarbonisasi Industri Manufaktur 2030
  • Distribusi Emisi Gas Rumah Kaca

Kementerian Perindustrian melalui Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) telah menetapkan sembilan sektor industri prioritas yang menjadi fokus utama pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK). Makin tahu indonesia, data terbaru menunjukkan distribusi emisi yang sangat beragam, dengan sektor manufaktur lainnya mendominasi hingga 53,46 persen, sementara sektor-sektor spesifik seperti pulp dan kertas, semen, hingga kaca dan keramik menyumbang porsi emisi yang bervariasi namun tetap signifikan.

Penetapan ini bukan tanpa alasan mengingat kesembilan sektor tersebut yakni manufaktur lainnya, industri semen, pupuk, logam, pulp dan kertas, tekstil, kimia, besi dan baja, serta kaca dan keramik merupakan industri dengan emisi GRK tinggi. Melalui identifikasi distribusi emisi ini, pemerintah berupaya menyusun strategi dekarbonisasi yang lebih terukur dan realistis untuk mencapai target Net Zero Emissions sektor industri pada tahun 2050.

Baca juga:



Sektor Manufaktur Lainnya

Manufaktur adalah
Ilustrasi sektor manufaktur. Sumber: telkomuniversity

Sektor manufaktur lainnya mencatatkan kontribusi paling signifikan dengan angka 53,46 persen dari total emisi GRK sektor industri. Angka yang sangat besar ini mencerminkan betapa beragamnya aktivitas industri pengolahan di Indonesia yang belum masuk dalam kategori delapan sektor prioritas lainnya. Besarnya kontribusi ini menjadi tantangan tersendiri karena melibatkan banyak sub-sektor dengan karakteristik produksi yang berbeda-beda.

Dominasi sektor ini mengharuskan Kemenperin untuk menyusun strategi yang lebih komprehensif dan adaptif terhadap berbagai jenis industri. Pada tahun 2024, Pusat Industri Hijau Kementerian Perindustrian mencatat pengurangan emisi GRK sektor IPPU yang mencapai 6,92 juta ton CO2eq dan berhasil melampaui target Enhanced Nationally Determined Contribution (ENDC) 2030, menunjukkan bahwa penanganan yang tepat dapat memberikan hasil signifikan.

Industri Pulp dan Kertas

Paper Industry
Contoh pengerjaan Industri Pulp dan Kertas. Sumber: galaxysivtek

Industri pulp dan kertas menempati posisi kedua dengan kontribusi 15,55 persen terhadap total emisi GRK sektor industri. Besarnya emisi dari sektor ini terutama berasal dari proses produksi yang membutuhkan energi tinggi dan penggunaan bahan kimia dalam pengolahan kayu menjadi pulp. Proses pemutihan, pemasakan, dan pengeringan kertas memerlukan konsumsi energi yang sangat besar, umumnya dari pembakaran bahan bakar fosil.

Kemenperin menyiapkan langkah strategis khusus untuk sektor ini melalui penyusunan peta jalan dekarbonisasi yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan. Transformasi menuju proses produksi yang lebih hijau di industri pulp dan kertas memerlukan investasi teknologi serta penerapan energi terbarukan untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil yang menjadi sumber utama emisi.

Industri Semen

Ilustrasi Pabrik Industri Semen. Sumber: tribunnews.com

Industri semen menyumbang 11,35 persen dari total emisi GRK sektor industri, menjadikannya salah satu fokus utama dalam program dekarbonisasi. Emisi dari industri semen terutama berasal dari dua sumber utama, yaitu proses kalsinasi batu kapur yang melepaskan CO2 secara langsung dan pembakaran bahan bakar untuk mencapai suhu tinggi dalam kiln atau tungku pembakaran yang dapat mencapai 1.400 derajat celsius.

Mengingat pentingnya industri semen untuk pembangunan infrastruktur nasional, penurunan emisi di sektor ini memerlukan pendekatan yang hati-hati dan bertahap. Penerapan teknologi carbon capture and storage (CCS), penggunaan bahan bakar alternatif, serta pemanfaatan limbah industri sebagai bahan baku menjadi solusi yang tengah dikembangkan untuk mengurangi jejak karbon industri semen Indonesia.

Industri Tekstil

Ilustrasi pekerjaan Industri Tekstiol. Sumber: indonesia.go.id

Industri tekstil mencatatkan kontribusi 4,92 persen terhadap total emisi GRK sektor industri. Emisi dari sektor ini terutama berasal dari proses pewarnaan dan finishing yang membutuhkan pemanasan air dalam jumlah besar serta penggunaan bahan kimia. Industri tekstil Indonesia yang merupakan salah satu penyumbang devisa terbesar negara menghadapi tantangan untuk mengadopsi praktik produksi yang lebih ramah lingkungan.

Upaya pengurangan emisi di sektor tekstil meliputi penerapan teknologi pewarnaan dengan suhu rendah, penggunaan zat warna alami, dan sistem pengolahan air limbah yang lebih efisien. Transformasi ini tidak hanya berdampak pada pengurangan emisi GRK namun juga meningkatkan daya saing produk tekstil Indonesia di pasar global yang semakin menuntut standar keberlanjutan yang ketat.

Industri Kimia

Macam-Macam Industri Kimia
Ilustrasi Pabrik Industri Kimia. Sumber: chandra.asri.com

Industri kimia memberikan kontribusi 4,77 persen terhadap emisi GRK sektor industri dengan emisi yang berasal dari berbagai proses produksi bahan kimia dasar dan turunannya. Proses sintesis kimia umumnya memerlukan suhu dan tekanan tinggi yang mengonsumsi energi besar, serta menghasilkan emisi fugitif dari berbagai tahapan produksi yang sulit dikendalikan sepenuhnya.

Dekarbonisasi industri kimia memerlukan inovasi dalam proses produksi dan penggunaan bahan baku alternatif yang lebih ramah lingkungan. Penerapan prinsip green chemistry, optimalisasi efisiensi energi, dan pemanfaatan energi terbarukan menjadi kunci dalam menurunkan emisi sektor ini sambil tetap menjaga produktivitas dan kualitas produk yang dihasilkan.

Industri Logam

krakatau steel laba
Salah satu contoh pabrik Industri Logam. Sumber: marketeers

Industri logam menyumbang 4,66 persen dari total emisi GRK sektor industri, terutama dari proses peleburan dan pengolahan logam yang membutuhkan suhu ekstrem tinggi. Proses reduksi bijih logam menjadi logam murni menghasilkan emisi CO2 yang signifikan, terlebih jika menggunakan batu bara sebagai reduktor dan sumber energi utama dalam tungku peleburan.

Upaya pengurangan emisi di sektor logam mencakup penerapan teknologi peleburan yang lebih efisien, penggunaan hidrogen sebagai reduktor alternatif pengganti karbon, dan pemanfaatan energi terbarukan. Indonesia sebagai negara dengan sumber daya mineral melimpah memiliki peluang besar untuk mengembangkan industri logam hijau yang dapat menjadi keunggulan kompetitif di pasar internasional.

Industri Pupuk

Presiden Jokowi Resmikan Pabrik Pupuk Iskandar Muda
Salah satu Pabri Industri Pupuk di Aceh. Sumber: finance.detik

Industri pupuk mencatatkan kontribusi 2,67 persen terhadap emisi GRK sektor industri, dengan sumber emisi utama berasal dari produksi amonia yang merupakan bahan baku pupuk urea. Proses Haber-Bosch yang digunakan dalam sintesis amonia memerlukan gas alam dalam jumlah besar baik sebagai bahan baku maupun sumber energi, menghasilkan emisi CO2 yang cukup signifikan.

Transformasi menuju produksi pupuk yang lebih hijau melibatkan penggunaan hidrogen hijau sebagai bahan baku alternatif dan penerapan teknologi carbon capture untuk menangkap emisi yang dihasilkan. Mengingat peran vital pupuk dalam ketahanan pangan nasional, dekarbonisasi sektor ini harus dilakukan secara terencana untuk memastikan ketersediaan pupuk tetap terjaga dengan harga yang terjangkau bagi petani.

Industri Besi dan Baja

Ilustrasi pekerja di industri baja.
Ilustrasi Pekerja di industri Baja. Sumber: Shutterstock.photo

Industri besi dan baja menyumbang 1,86 persen dari total emisi GRK sektor industri, terutama dari proses pembuatan baja primer melalui blast furnace yang menggunakan kokas sebagai reduktor. Meskipun persentasenya relatif kecil dibanding sektor lain, intensitas emisi per ton produk baja tergolong sangat tinggi, membuat sektor ini tetap menjadi prioritas dalam program dekarbonisasi industri.

Teknologi produksi baja hijau menggunakan direct reduced iron (DRI) dengan hidrogen atau listrik dari energi terbarukan menjadi solusi jangka panjang untuk menurunkan emisi sektor ini. Indonesia yang tengah mengembangkan hilirisasi industri besi baja memiliki kesempatan untuk langsung menerapkan teknologi rendah karbon sejak awal, menghindari lock-in terhadap teknologi tinggi emisi yang akan sulit diubah di masa depan.

Industri Kaca dan Keramik

Menteri Investasi Rosan Roslani meresmikan operasional pabrik kaca terbesar di ASEAN milik PT KCC Indonesia yang berlokasi di Kawasan Industri Batang Jawa Tengah pada Kamis (3/10).
salah satu pabrik indutrsi kaca terbesar di Indonesia. Sumber: katadata.co

Industri kaca dan keramik mencatatkan kontribusi terkecil dengan 0,75 persen dari total emisi GRK sektor industri. Meskipun persentasenya paling kecil, emisi dari sektor ini tetap perlu dikelola mengingat proses produksi kaca dan keramik memerlukan suhu pembakaran yang sangat tinggi, mencapai 1.500 derajat celsius untuk produksi kaca dan 1.200 derajat celsius untuk keramik.

Upaya pengurangan emisi di sektor kaca dan keramik mencakup penggunaan bahan baku daur ulang, optimalisasi efisiensi tungku pembakaran, dan peralihan ke sumber energi yang lebih bersih. Penerapan sistem pelaporan emisi melalui Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas) yang telah diatur dalam Surat Edaran Menteri Perindustrian Nomor 2 Tahun 2025 menjadi langkah awal untuk memantau dan mengendalikan emisi dari semua sektor termasuk kaca dan keramik.

Baca juga:



Peta distribusi emisi GRK dari sembilan sektor industri prioritas Indonesia menunjukkan tantangan yang kompleks namun terukur dalam upaya dekarbonisasi. Dengan data yang komprehensif dan strategi yang tepat, Indonesia optimis dapat mencapai target Net Zero Emissions sektor industri pada 2050. Transformasi menuju industri hijau bukan lagi sekadar pilihan, melainkan sebuah keharusan untuk memastikan keberlanjutan ekonomi dan lingkungan di masa depan, sekaligus meningkatkan daya saing industri nasional di pasar global yang semakin menuntut standar keberlanjutan tinggi.

#zonaebt #EBTHeroes #Sebarterbarukan

Referensi:

[1] Kemenperin Susun Peta Jalan Bagi 9 Sektor Industri demi Indonesia Hijau

[2] Kemenperin Sebut AIGIS 2025 Wujud Kolaborasi Menuju Transformasi Industri Hijau

[3] Kemenperin Minta Perusahaan Manufaktur Lapor Data Emisi Lewat SIINas

[4] Wujudkan Indonesia Hijau, Kemenperin Susun Peta Jalan Bagi 9 Sektor Industri