
- Penggunaan AC tertinggi di Jepang (91%) dan Amerika Serikat (90%), terendah di Afrika Selatan (6%) dan Indonesia (9%).
- Penggunaan AC masif meningkatkan konsumsi energi listrik dan emisi karbon yang memperburuk pemanasan global.
- Diperlukan teknologi AC hemat energi, sumber energi terbarukan, dan isolasi bangunan untuk mengurangi dampak lingkungan.
Perkembangan teknologi pendingin udara atau AC telah memberikan kemudahan dalam menghadapi panasnya cuaca di berbagai belahan dunia. Di balik kenyamanan yang diberikan, penggunaan AC ternyata berdampak besar terhadap konsumsi energi dan emisi karbon yang berkontribusi pada pemanasan global. Makin tahu Indonesia bahwa Data dari Our World in Data (2024) menunjukkan perbedaan signifikan tingkat penggunaan AC di rumah tangga di sembilan negara.
Artikel ini akan membahas secara terperinci penggunaan AC di Jepang, Amerika Serikat, Korea Selatan, Arab Saudi, China, Brazil, Meksiko, Indonesia, dan Afrika Selatan. Pemahaman tentang perbedaan ini penting untuk mengantisipasi dampak lingkungan yang makin besar jika penggunaan AC terus meningkat tanpa solusi yang tepat. Berikut adalah negara-negara dengan penggunaan AC tertinggi hingga terendah:
Baca juga:
- Solusi Masa Depan Efisiensi Energi di Indonesia dengan Agrovoltaic
- Panel Surya Tidak Efisien? Ini 8 Faktor Penyebab Kehilangan Energi yang Merugikan
Jepang

Jepang menjadi negara dengan tingkat penggunaan AC tertinggi, mencapai 91% rumah tangga. Kondisi musim panas yang panas dan lembap membuat AC menjadi kebutuhan utama untuk menjaga kenyamanan dan produktivitas. Selain itu, tingkat kesejahteraan dan kemajuan teknologi membuat masyarakat Jepang mudah mengakses AC.
Namun, penggunaan AC yang begitu masif juga meninggalkan jejak konsumsi energi yang besar dan menghasilkan emisi karbon tinggi. Jepang harus memikirkan langkah efisiensi energi dan penggunaan teknologi ramah lingkungan agar dampak lingkungan dari AC dapat diminimalkan.
Amerika Serikat

Amerika Serikat tidak jauh berbeda dengan Jepang dalam penggunaan AC, dengan 90% rumah tangga telah berlengkapan pendingin udara ini. AC sudah menjadi bagian esensial dari gaya hidup, terutama di wilayah dengan iklim panas dan musim panas berkepanjangan seperti di bagian selatan negara tersebut.
Konsumsi listrik yang tinggi dari penggunaan AC ini menyebabkan AS menjadi salah satu negara dengan emisi karbon terbesar di dunia. Pengembangan teknologi AC hemat energi dan penggunaan sumber energi terbarukan menjadi salah satu kunci untuk mengurangi dampak negatifnya di masa depan.
Korea Selatan

Korea Selatan menempati posisi ketiga dengan 86% rumah menggunakan AC. Perubahan iklim yang memunculkan suhu musim panas yang lebih ekstrem dan meningkatnya standar hidup membuat AC semakin lazim digunakan. Peningkatan urbanisasi juga memperbesar kebutuhan pendinginan ruangan di kota-kota besar.
Meski membawa kenyamanan, penggunaan AC ini juga menimbulkan peningkatan signifikan dalam konsumsi energi listrik di Korea Selatan. Pemerintah dan masyarakat perlu bekerjasama dalam mengadopsi teknologi hemat energi agar tidak memperparah masalah lingkungan.
Arab Saudi

Arab Saudi memiliki tingkat penggunaan AC sebesar 63%, dipengaruhi oleh iklim gurun yang sangat panas hampir sepanjang tahun. AC pada negara ini bukan hanya sekadar alat pendingin, melainkan kebutuhan vital yang membantu penduduk bertahan dari suhu ekstrim.
Namun, tingginya penggunaan AC ini juga berarti konsumsi listrik dan emisi karbon yang tidak kecil. Upaya menggunakan teknologi lebih efisien dan beralih ke energi terbarukan sangat diperlukan untuk meminimalkan kerusakan lingkungan akibat penggunaan AC yang masif ini.
China

China, sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar, mencatat penggunaan AC di 60% rumah tangga. Pertumbuhan pesat ekonomi dan urbanisasi menyebabkan lonjakan permintaan akan perlengkapan rumah tangga seperti AC, sekaligus meningkatkan konsumsi energi nasional.
Dampak dari penggunaan AC ini menghadirkan tantangan besar bagi China dalam pengurangan emisi karbon. Kebijakan pemerintah kini mulai fokus pada peningkatan efisiensi energi dan adopsi teknologi hijau dalam sektor perumahan dan industri.
Brazil

Di Brazil, angka penggunaan AC jauh lebih rendah, hanya sekitar 16% rumah tangga. Iklim tropis lembap dan kondisi ekonomi menjadi faktor utama rendahnya penggunaan AC. Masyarakat Brazil lebih mengandalkan ventilasi alami dan kipas angin sebagai pengatur suhu ruangan.
Meski angka penggunaan AC rendah, trennya diperkirakan akan meningkat seiring pertumbuhan ekonomi dan perubahan gaya hidup. Oleh sebab itu, penting untuk mulai memikirkan strategi pengelolaan energi yang ramah lingkungan sejak dini.
Meksiko

Sama seperti Brazil, Meksiko memiliki angka penggunaan AC rendah yaitu 16%. Iklim tropis di Meksiko yang cenderung lembap serta kondisi sosial ekonomi mempengaruhi rendahnya penggunaan pendingin udara di rumah tangga.
Namun, urbanisasi dan pendapatan masyarakat yang meningkat dapat menyebabkan angka ini naik drastis. Pemerintah perlu mempersiapkan langkah-langkah mitigasi agar peningkatan penggunaan AC tidak menimbulkan lonjakan konsumsi energi dan emisi karbon yang tidak terkendali.
Indonesia

Indonesia mencatatkan angka penggunaan AC yang relatif kecil, yakni sekitar 9% rumah tangga. Namun, iklim tropis yang panas dan lembap, serta pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat, membuka peluang penggunaan AC yang jauh lebih besar di masa depan.
Kondisi ini menjadi tantangan sekaligus peluang untuk mengadopsi teknologi AC yang hemat energi dan memanfaatkan sumber energi terbarukan. Kesadaran masyarakat dan kebijakan pemerintah akan berperan penting dalam mengatur penggunaan AC yang berkelanjutan.
Afrika Selatan

Afrika Selatan memiliki angka penggunaan AC paling rendah, yaitu 6%. Kondisi iklim yang lebih sejuk di beberapa wilayah serta faktor ekonomi menjadi alasan utama rendahnya kepemilikan AC di kawasan ini.
Rendahnya penggunaan AC memberikan kesempatan bagi Afrika Selatan untuk merancang kebijakan energi yang lebih efisien dan berkelanjutan sebelum tingkat penggunaan AC meningkat di masa depan seiring pertumbuhan ekonomi dan perubahan iklim.
Baca juga:
- Menuju Energi Bersih, Bali Kini Memanfaatkan Energi PLTS di Banyak Daerah!
- ZONAEBT Jadi Mitra Carbon Offset untuk Annual Indonesia Green Industry Summit 2025
Semakin banyak rumah menggunakan AC, maka konsumsi energi listrik dan emisi karbon akan semakin besar. Hal ini mempercepat pemanasan global dan menambah beban lingkungan. Oleh karena itu, penting bagi negara-negara dengan penggunaan AC tinggi untuk meningkatkan efisiensi energi dan beralih ke sumber energi terbarukan.
Untuk Sobat EBT Heroes Solusi lain termasuk penggunaan teknologi AC yang lebih ramah lingkungan, perbaikan isolasi bangunan, dan edukasi masyarakat tentang konsumsi energi yang bertanggung jawab. Dengan langkah-langkah ini, kenyamanan rumah tidak harus mengorbankan kesehatan bumi.
#zonaebt #EBTHeroes #Sebarterbarukan
Referensi:
[1] Our World in Data. (2024). Overview of Air Conditioner Usage in Households by Country.
[2] Penggunaan AC di Indonesia Meningkat, Apa Dampaknya bagi Lingkungan?
[3] “Efisiensi Energi dan Lingkungan: Tantangan Penggunaan AC di Indonesia