Skill Set Engineer Indonesia: Menembus Pasar Australia

ZE Talk with Adjie Brotosukmono. Source www.youtube.com/@zonaebt zonaebt.com
ZE Talk with Adjie Brotosukmono. Source www.youtube.com/@zonaebt 
  • Keahlian apa saja yang dibutuhkan untuk menembus pasar energi Australia? Apakah berbeda dengan negara kita atau malah justru sama?
  • Setiap negara memiliki budaya dan etik kerja yang berbeda-beda, pelajari agar Sobat EBT Heroes dapat dengan mudah mendapat kursi sebagai insinyur di Australia
  • Jalur apa saja yang bisa kita manfaatkan untuk memulai dan menjalankan karir di Australia?

Halo, Sobat EBT Heroes! di ZE Talk spesial bersama Adjie Brotosukmono, seorang ahli di bidang proyek dan konsultan ekonomi di Australia. Beliau membahas tentang bagaimana insinyur Indonesia dapat menembus pasar kerja Australia, khususnya di sektor energi yang sedang berkembang pesat.

Pernahkah Sobat EBT Heroes berpikir untuk berkarir di luar negeri? Banyak yang beranggapan bahwa bekerja di Australia identik dengan Working Holiday Visa (WHV) atau biaya hidup yang sangat mahal. Namun, Adjie Brotosukmono meluruskan pandangan tersebut. Meskipun biaya hidup di sana memang tinggi, kualitas hidup yang ditawarkan—mulai dari udara bersih, makanan sehat, hingga tingkat stres yang rendah—sebanding dengan pengeluaran yang kita keluarkan. Yang terpenting, gaji minimum (UMR) di Australia dirancang untuk menopang satu keluarga, dan seorang insinyur biasanya mendapatkan upah minimal dua kali lipat UMR. Hal ini diperkuat dengan adanya visa seperti “Temporary Skill Shortage” yang memiliki ambang batas gaji minimum, memastikan para pekerja terampil mendapatkan penghasilan yang layak.

Baca Juga



Perbedaan Pasar Energi Indonesia vs. Australia

ZE Talk with Adjie Brotosukmono. Source www.youtube.com/@zonaebt zonaebt.com
ZE Talk with Adjie Brotosukmono. Source www.youtube.com/@zonaebt 

Sebelum membahas skill set yang dibutuhkan, penting bagi kita untuk memahami perbedaan mendasar antara pasar energi Indonesia dan Australia. Di Indonesia, ekosistem kelistrikan masih didominasi oleh monopoli PLN, yang berperan sebagai operator sistem, operator pasar, pengembang, dan penyedia layanan jaringan. Hal ini membuat ilmu yang dipelajari di bangku kuliah terkadang terasa “berlebihan” atau tidak sepenuhnya terpakai.

Sebaliknya, di Australia, peran-peran tersebut dijalankan oleh entitas berbeda. Operator sistem dan penyedia layanan jaringan, misalnya, bisa merupakan dua perusahaan yang terpisah. Sistem operasi mereka juga berbeda; jika Indonesia menggunakan economic dispatch berdasarkan merit order (pembangkit termurah dihidupkan lebih dulu), Australia menggunakan security-constrained economic dispatch. Sistem ini memprioritaskan keamanan jaringan, yang terkadang membuat pembangkit yang lebih mahal harus dioperasikan demi menjaga stabilitas, terutama dengan maraknya pembangkit berbasis energi terbarukan. Kompleksitas inilah yang membuat pengetahuan mendalam tentang sistem tenaga menjadi sangat berharga.

Skill Set Paling Dicari untuk Insinyur

Adjie Brotosukmono menekankan bahwa insinyur Indonesia, bahkan yang baru lulus, memiliki kompetensi yang luar biasa. Namun, untuk menembus pasar Australia, dibutuhkan keahlian spesifik yang jarang diajarkan di Indonesia. Berikut adalah lima skill set yang paling dicari:

  1. Penguasaan Perangkat Lunak Analisis Sistem Tenaga. Di Australia, penggunaan perangkat lunak seperti ETAP yang populer di Indonesia sangatlah terbatas. Sebaliknya, yang paling dicari adalah:
    • PowerFactory: Merupakan standar di Australia Barat dan Northern Territory. Skill dasar yang harus dikuasai mencakup load flow, contingency, RMS dynamic analysis, protection, arc flash, dan harmonics.
    • PSS®E: Menjadi standar di pasar energi utama Australia (NEM), mencakup kota-kota besar seperti Melbourne, Sydney, dan Brisbane. Peluang kerja di area ini lebih melimpah.
    • PSCAD™: Merupakan software ahli untuk analisis EMT (Electromagnetic Transient), yang lebih detail dari RMS. Menguasai PSCAD™ bersama dengan PowerFactory atau PSS®E bisa meningkatkan nilai Sobat EBT Heroes secara signifikan.
  2. Keahlian Pemrograman Lanjutan (Python) Adjie Brotosukmono menyebutkan bahwa penguasaan Python adalah keahlian yang sangat panas (hot skill) di industri energi Australia. Contohnya:
    • Optimasi desain filter harmonisa
    • Automasi tuning model sistem tenaga
    • Prediksi harga listrik
    • Penghitungan batas transfer energi yang optimal
  3. Penguasaan Perangkat Lunak Analisis Investasi. Keahlian dalam menggunakan perangkat lunak seperti Plexos atau HOMER untuk analisis pra-studi kelayakan dan investasi menjadi sangat dibutuhkan. Insinyur yang dapat menggabungkan analisis teknis dengan analisis ekonomi akan sangat dihargai.
  4. Pemahaman Mendalam tentang Grid Code dan Kepatuhan. Karena adanya sistem security-constrained economic dispatch, penting untuk memastikan setiap pembangkit baru mematuhi aturan jaringan yang kompleks (grid code) sebelum terhubung.

Baca Juga



Budaya Kerja dan Peluang

Budaya kerja di Australia dikenal straightforward dan menghargai work-life balance. Komunikasi langsung dan tanpa basa-basi adalah hal yang biasa, jadi jangan tersinggung jika mendapatkan kritik yang jujur. Jam kerja di sana umumnya ketat, dari jam 9 pagi hingga 5 sore, dan jarang ada gangguan di luar jam tersebut. Meskipun cuti nasional lebih sedikit, jumlah cuti tahunan (20 hari) lebih banyak daripada di Indonesia, dan sistemnya prorata.

Gaji di Australia memang besar, namun pajak yang dikenakan juga tinggi (sekitar 30%). Namun, pajak ini digunakan untuk mendanai fasilitas publik seperti pendidikan dan kesehatan gratis. Menariknya, jika ada anggaran negara yang tidak terpakai, sisanya akan dikembalikan kepada pembayar pajak sebagai tax return. Selain itu, barang-barang elektronik dan kendaraan cenderung lebih murah dibandingkan dengan harga yang ada di Indonesia.

Jalur untuk Berkarir di Australia

ZE Talk with Adjie Brotosukmono. Source www.youtube.com/@zonaebt zonaebt.com
ZE Talk with Adjie Brotosukmono. Source www.youtube.com/@zonaebt 

Ada dua jalur yang disarankan untuk insinyur:

  1. Jalur Pendidikan: Melanjutkan studi S2 di Australia, kemudian mengajukan Temporary Graduate Visa. Perusahaan lebih suka merekrut lulusan dengan visa ini karena dianggap sebagai langkah menuju permanent residency.
  2. Jalur Pengalaman: Mengumpulkan pengalaman kerja di Indonesia selama minimal satu tahun di bidang yang relevan, lalu mendaftar untuk visa Skills in Demand (misalnya, visa 482) yang mensyaratkan pengalaman.

Proses rekrutmen dari tahap offering hingga tiba di Australia memakan waktu sekitar empat bulan, dengan proses visa yang membutuhkan waktu sekitar tiga bulan. Perusahaan di Australia sangat terbuka dan bersedia menanggung biaya sponsorship visa karena kesulitan mencari talenta lokal.

Jadi, Sobat EBT Heroes, jangan ragu untuk berani melangkah. Australia saat ini menghadapi krisis tenaga kerja, dan ini adalah kesempatan emas bagi insinyur Indonesia yang memiliki keahlian dan kompetensi. Kuasai perangkat lunak dan skill yang dibutuhkan, dan siapkan diri untuk karir gemilang di sana! Agar dapat mengetahui topik menarik seperti ini, jangan lupa untuk cek youtube ZonaEBT di www.youtube.com/@zonaebt 

#zonaebt #EBTHeroes #Sebarterbarukan #AustraliaEngineer #ZETalk