Sementara itu, pengembangan ekosistem kendaraan listrik tak lepas dari peran lembaga pendidikan, khususnya dalam hal penelitian dan pengembangan. Terkait hal itu, Indonesia Battery Corporation (IBC) sebagai perusahaan holding BUMN pelaksana pembangunan ekosistem EV pun telah menggandeng tiga universitas.
Direktur Utama IBC Toto Nugroho mengatakan kolaborasi dengan Universitas menjadi krusial terlepas dari kerjasama yang sudah dan akan diteken dengan pemain kendaraan listrik global.
“Karena dari partner ini hampir semua akan memproteksi teknologi mereka dan kita harus memiliki kemampuan dari segi riset untuk mengembangkan teknologi yang memang bisa kita apply dan kepemilikan paten ada di kita” ujarnya dilansir dari Bisnis.com
Baca juga:
- Gunakan Energi Terbarukan, Bisakah Cryptocurrency Mendorong Inovasi Energi Bersih?
- Usul Tolak Proyek Baru PLTU Demi Tercapai Netral Karbon, Sanggupkah?
Kerjasama yang telah terjalin IBC antara lain dengan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia, untuk formulasi regulasi dan insentif bagi industri baterai dan kendaraan listrik.
Selain itu juga dengan PT laboratorium Alergen Pertama Indonesia (LAPI) dibawah Institut Teknologi Bandung (ITB). untuk asisten stasiun battery swapping termasuk pengetesan teknis motor listrik, baterai dan perilaku konsumen.
Baca juga:
- INFRASTRUKTUR ENERGI BARU TERBARUKAN DI BALI, APAKAH SIAP MENYAMBUT KKT G20?
- Buku Jejak dan Langkah Energi Terbarukan Indonesia
Adapun dengan Universitas Sebelas Maret (UNS), IBC bekerja sama dengan pengembangan dan prototipe baterai berbasis lithium ion.
“Salah satu hal yang paling penting bagaimana kita mengintegrasikan resource yang ada untuk kita bisa melihat pengembangan yang dibutuhkan di Indonesia,” ujarnya.
IBC saat ini telah menggandeng LG Energy Solution dan Hyundai Motor Group. Ketiganya membentuk Joint venture (JV) dalam proyek pembangunan pabrik baterai di Karawang senilai US$ 1,1 miliar.
#zonaebt #sebarterbarukan #EV #kampusi #kendaraanlistrik #mahasiswa
2 Comment