PLTA: Energi Terbarukan yang Ramah Lingkungan

El Atazar Reservoir | Source: freepik.com

Halo, Sobat EBT Heroes!

PLTA: Solusi Energi Terbarukan untuk Masa Depan yang Berkelanjutan

Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) merupakan salah satu solusi energi terbarukan yang memanfaatkan kekuatan aliran air, seperti sungai, bendungan, atau air terjun, untuk menghasilkan listrik. Seiring dengan pesatnya kemajuan teknologi dan semakin tingginya kebutuhan listrik, penting bagi kita untuk mencari sumber energi yang tidak hanya efisien tetapi juga ramah lingkungan. Bergantung pada sumber daya fosil seperti batu bara dan minyak bumi bukanlah pilihan yang bijak, mengingat keduanya terbatas dan dapat habis jika terus-menerus dieksploitasi. Sebagai alternatif, manusia mulai beralih ke air sebagai sumber energi yang lebih berkelanjutan, yang juga memiliki dampak lingkungan yang lebih kecil dibandingkan dengan bahan bakar fosil.

Sejarah Penggunaan Tenaga Air: Dari Roda Air hingga PLTA di Indonesia

Menurut sejarah, ternyata tenaga air sudah digunakan sejak ribuan tahun lalu, menjadikannya sumber energi tertua. Salah satu contohnya, masyarakat Yunani yang memakai roda air untuk membuat tepung gandum 2.000 tahun silam. 

Roda air ini kemudian berkembang menjadi turbin tenaga air modern, dimulai pada pertengahan abad ke-18. Pada saat itu, Bernard Forest de Bélidor, seorang insinyur hidrolik dan militer asal Prancis, menulis Architecture Hydrauliqe, yang menjadi referensi penting dalam pengembangan turbin air. Pada abad ke-19, teknologi yang memanfaatkan air semakin berkembang pesat dan mulai menghasilkan listrik di berbagai negara.

Di Indonesia, sejarah penggunaan tenaga air dapat ditelusuri dari pembangkit listrik pertama yang menggunakan tenaga air, yaitu PLTA Tonsea Lama pada tahun 1912, yang dibangun pada masa penjajahan Belanda. PLTA Tonsea Lama menjadi pembangkit listrik pertama yang memanfaatkan energi air untuk menghasilkan listrik. Menurut jelajah.kompas.id, pembangkit ini merupakan titik awal dari penggunaan energi air di Indonesia.

PLTA Tonsea Lama sendiri adalah salah satu pembangkit listrik pertama milik s’Lands Waterkracht Bedriven, perusahaan listrik Belanda yang kemudian menjadi asal mula Perusahaan Listrik Negara (PLN). Saat itu, pembangunannya belum selesai karena kedatangan Jepang, menyebabkan proyek tersebut harus berpindah tangan. Namun, setelah kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II, kelanjutan proyek tersebut diserahkan ke Indonesia pasca deklarasi kemerdekaannya.

PLTA Tonsea Lama terletak di Desa Tonsea Lama, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, dan meskipun telah beroperasi lebih dari seratus tahun, mesin pembangkit ini masih berfungsi hingga kini dengan mempertahankan struktur asli dari zaman dulu.

Baca Juga



Jenis-Jenis PLTA Berdasarkan Struktur dan Ukuran

Shasta Dam | Source: freepik.com

Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dapat dibagi menjadi dua klasifikasi utama, yaitu berdasarkan strukturnya dan ukurannya. Berikut adalah penjelasan mengenai jenis-jenis PLTA yang dapat ditemukan berdasarkan strukturnya:

Pertama, PLTA Bendungan yang paling umum ditemui dan diketahui oleh masyarakat luas. Pembangkit listrik ini menggunakan bendungan yang berfungsi menyimpan air sungai untuk kemudian dialirkan lewat turbin. Dengan arusnya, turbin tersebut pun berputar sehingga mampu menggerakkan generator yang dapat menghasilkan listrik. Tidak hanya memproduksi listrik, pembangunan jenis pembangkit tersebut juga ditujukan sebagai pengendali banjir, jalur ikan, wisata rekreasi, dan pemenuhan kebutuhan lingkungan lainnya. 

Kedua, PLTA Terowongan atau dikenal juga sebagai Diversion Hydropower. Sistem pembangkit listrik ini tidak membutuhkan bendungan, melainkan saluran pipa pendek yang mengatur arus air dari hulu untuk menggerakkan turbin dan generator. Tanpa keberadaan bendungan, sistem ini dianggap lebih ramah lingkungan karena dinilai mampu mempertahankan keseimbangan ekosistem sekitarnya. Biasanya dibangun di tempat yang tinggi seperti pegunungan. 

Baca Juga



Ketiga, PLTA Penyimpanan Pompa atau disebut juga Pumped Storage Hydropower yang menyerupai baterai raksasa. PLTA ini dapat menyimpan listrik yang didapat dari sumber lain seperti energi matahari, angin, dan sebagainya. Ketika kebutuhan listrik menurun, maka sistem akan memompa air dari waduk yang letaknya lebih rendah ke waduk yang lebih tinggi. Sebaliknya, bila listrik banyak dibutuhkan, air dari waduk yang lebih tinggi dilepaskan, dialirkan ke waduk yang lebih rendah untuk menggerakkan turbin. Karena itu, pembangkit listrik ini lebih rumit dibandingkan dua pembangkit listrik tenaga air sebelumnya. 

Selain itu, ukuran PLTA pun dikelompokkan menjadi tiga macam. Pertama, PLTA mikro yang memproduksi listrik hingga 100 kW (kilowatt) saja. Cukup untuk pasokan listrik rumah tangga, peternakan, atau desa. Kedua, PLTA kecil yang mampu menghasilkan listrik dalam rentang 100 kW sampai 10 MW (megawatt). Ketiga, PLTA besar dengan produksi listrik lebih dari 30 MW. 

Kelebihan dan Kekurangan PLTA

Hoover Dam | Source: freepik.com

Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) memiliki berbagai kelebihan yang membuatnya menjadi pilihan energi terbarukan yang semakin populer. Pemanfaatan energi air yang bersih dan terbarukan sangat membantu dalam mengurangi ketergantungan pada minyak bumi dan batu bara, dua sumber energi yang semakin menipis. Selain itu, sistem pembangkit listrik tenaga air juga stabil karena tidak mudah terpengaruh oleh cuaca, sehingga dapat menyediakan listrik kapan saja dibutuhkan. Sebagai tambahan, dilansir dari earth.org, pembangkit listrik tenaga air juga berperan dalam mengurangi jejak emisi karbon, mendukung upaya global untuk menanggulangi perubahan iklim.

Namun, di balik kelebihannya, pembangunan PLTA juga membawa tantangan dan dampak negatif. Salah satu kekurangannya adalah potensi kerusakan lingkungan yang ditimbulkan, seperti gangguan terhadap perkembangbiakan biota laut dan risiko banjir akibat pengalihan aliran air. Selain itu, karena PLTA biasanya membutuhkan ruang yang sangat luas, proyek ini sering kali mengharuskan pemindahan pemukiman penduduk yang berada di sekitar lokasi pembangunan. Hal ini tentu menambah biaya yang harus dikeluarkan untuk mengatasi dampak sosial dan lingkungan yang ditimbulkan.

Meskipun demikian, pemanfaatan energi arus air sebagai sumber listrik terbarukan tetap memiliki potensi besar untuk mendukung masa depan energi yang lebih bersih dan hijau. Dengan kolaborasi yang baik antara pemerintah, sektor industri, dan masyarakat, tantangan-tantangan tersebut dapat diatasi untuk menciptakan sistem pembangkit listrik tenaga air yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.

#zonaebt #EBTHeroes #Sebarterbarukan

Editor : Alfidah Dara Mukti

Referensi:

[1] Types of Hydropower Plants

[2] Pros and Cons of Hydroelectric Energy

[3] PLTA Tonsealama, Pelopor Listrik di Sulawesi Utara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *