3 Fakta Menarik Tentang PLTA Cirata yang Harus Kamu Tahu!

Waduk Cirata | Source: Wikimedia
  • Sejarah PLTA Cirata dimulai pada tahun 1922 dengan riset dari ahli Belanda yang meneliti kelayakan pembangunan bendungan di sepanjang Sungai Citarum, dan pembangunannya melibatkan pemindahan lebih dari 6.000 keluarga dari tiga kabupaten.
  • PLTA Cirata terintegrasi dengan PLTS Cirata yang terapung di permukaan waduk, menjadikannya sebagai pembangkit listrik tenaga surya terbesar di Asia Tenggara dengan kapasitas 193 MWp.
  • PLTA Cirata juga menjadi destinasi wisata yang menawarkan berbagai aktivitas rekreasi, seperti memancing dan berperahu, serta menyediakan galeri edukasi yang menarik pengunjung, termasuk rombongan anak sekolah.

Halo, Sobat EBT Heroes!

Seiring berkembangnya zaman, Indonesia terus melakukan upaya pengembangan energi bersih dan berkelanjutan. Satu di antaranya adalah melalui PLTA atau Pembangkit Listrik Tenaga Air. Teknologi ini memanfaatkan tenaga kinetik air untuk menggerakkan turbin penghasil listrik. 

Sistem tersebut sudah tersebar di beberapa daerah di Indonesia sejak puluhan tahun yang lalu. Salah satu pembangkit listrik yang memberikan pengaruh paling besar adalah PLTA Cirata, dengan kapasitas hingga 1.008 MW. 

Pembangkit listrik tenaga air yang menggunakan metode waduk ini berlokasi di Desa Cadas Sari, Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Wilayah daratannya mencapai 37.000 hektar dan perairannya sebesar 6.200 hektar. Luas tersebut membuat lokasi PLTA Cirata dapat dikatakan mencakup tiga kabupaten, yaitu Bandung Barat, Cianjur, dan Purwakarta. 

Pembangkit listrik ini memiliki beragam aspek menarik untuk dibahas. Berikut tiga fakta menarik tentang PLTA Cirata yang wajib Sobat EBT Heroes ketahui!

PLTA Cirata: Kedatangan Ahli dari Belanda Mengawali Segalanya

Waduk Cirata | Source: Wikimedia

Dilansir dari arcgis.jabarprov.go.id, sejarah PLTA Cirata bermula dari sekelompok ahli asal Negeri Kincir Angin yang meneliti kelayakan daerah sepanjang Sungai Citarum untuk dibangun bendungan pada tahun 1922. Survei tersebut meliputi aspek hidrologi, topologi, sampai geologi. Ditambah lagi, dikutip dari buku Menyimak Bendungan di Indonesia karya Radhi Sinaro, Prof. Ir. W. J. van Bloomestein juga meneliti lebih rinci untuk mempertimbangkan, apakah arus sungai itu cukup deras sebagai energi pembangkit listrik. 

Pada 1948, sang profesor pun menerbitkan makalah pembangunan bendungan, salah satunya adalah Waduk Cirata. Demi pelaksanaan rencana tersebut, maka sebanyak 6.335 keluarga di 20 desa yang tersebar di 7 kecamatan di Bandung Barat, Cianjur, dan Purwakarta dipindahkan semua. Pihak Universitas Padjadjaran, turut membantu menyelamatkan seluruh peninggalan zaman dahulu yang masih berdiam di sana agar tidak hancur. 

Sebagai langkah lanjutan, pada tahun 1984, dibangun terowongan pengelak untuk mendukung konstruksi bendungan utama. Terowongan ini mulai beroperasi setahun setelahnya. Sementara itu, proses pengisian tanah untuk bendungan pembantu juga dilakukan secara bersamaan. Pada tahun 1986, pembangunan bendungan utama dimulai dan berjalan lebih cepat dari perkiraan semula. Sebagai hasilnya, bendungan tersebut mulai beroperasi pada tahun 1987.

Pada April 1988, PLTA Cirata mulai beroperasi dengan kapasitas awal 250 MW. Kapasitas tersebut kemudian ditingkatkan menjadi 500 MW pada bulan Oktober. Selanjutnya, pada 1997 hingga 1998, kapasitasnya terus meningkat, dari 750 MW hingga mencapai 1.000 MW. Dengan pencapaian ini, PLTA Cirata menjadi pembangkit listrik terbesar di Indonesia dan kedua terbesar di Asia Tenggara setelah Vietnam.

Baca Juga:



Terintegrasi dengan PLTS Terbesar di Asia Tenggara

PLTS Cirata | Source: Wikimedia

Dalam proses produksi listrik, PLTA Cirata terintegrasi dengan PLTS Cirata, yaitu pembangkit listrik tenaga surya yang mengapung di atas permukaan bendungan. Keduanya sama-sama mengalirkan listrik ke wilayah Jawa, Madura, dan Bali. Berkapasitas 193 MWp (Megawatt peak), PLTS ini dinobatkan sebagai yang terbesar di Asia Tenggara dan nomor tiga di dunia. 

Mengacu dari web.pln.co.id, PT. PLN (Persero) yakin, bahwa pembangkit listrik terapung tersebut mampu mengurangi emisi karbon hingga 214 ribu ton per tahunnya. Direktur PLN menilai, hal ini sebagai bukti nyata dalam mendukung misi pemerintah yang hendak beralih ke energi terbarukan. Diharapkan, bergabungnya kekuatan PLTA dan PLTS Cirata ini menjadi langkah besar bagi Indonesia demi mencapai target emisi Net Zero tahun 2060 kelak. 

PLTA Cirata sebagai Destinasi Wisata Populer

Matahari Terbenam di Waduk Cirata | Source: Wikimedia

Tidak semata berfungsi sebagai penghasil listrik, pembangkit yang menerapkan sistem waduk ini juga dimanfaatkan sebagai destinasi wisata sejak beberapa tahun lalu. Sajian alam yang membentang luas, dilatari oleh perbukitan hijau dan airnya yang tenang, kerap menarik perhatian banyak keluarga untuk berkunjung, baik dari lokal maupun luar daerah. 

Selain menikmati pemandangan alamnya, mereka juga bisa melakukan berbagai aktivitas rekreasi, seperti memancing, menaiki perahu, berolahraga, dan berkemah sambil bersantai-santai di tepi bendungan. Tiap tahunnya, tepatnya di daerah Jangari, Cianjur, lomba dayung perahu tradisional diadakan di sini, menjadikan situs wisata tersebut semakin memiliki daya tarik. 

Baca Juga:



Melansir dari liputan6.com, galeri wisata edukasi di Pusat Pengendali Waduk Cirata juga tersedia untuk menambah pengetahuan pengunjung, mulai dari sejarahnya hingga cara pengoperasiannya. Karena itu, rombongan anak sekolah sering berbondong-bondong ke sana. 

Pembangkit listrik dengan metode waduk tersebut memiliki jam buka yang cenderung fleksibel. Jika berkunjung saat pagi hari, pengunjung dapat menikmati udara segar dan kabut yang masih menyelimuti alam. Bila ingin mencoba aktivitas airnya, maka datang saat siang hari akan lebih tepat. Namun, jika mengincar pemandangan matahari terbenam, pengunjung bisa menyempatkan waktu untuk berkunjung di sore hari. 

Itulah pemaparan fakta unik tentang PLTA Cirata. Ketiga poin di atas semakin menegaskan, bahwa pembangkit listrik tenaga air tersebut tidak berfungsi sebagai sumber energi listrik semata, tetapi juga salah satu solusi berkelanjutan dalam mendukung kestabilan pasokan listrik negara. 

#zonaebt #EBTHeroes #Sebarterbarukan

Editor : Alfidah Dara Mukti

Referensi:

[1] Mengenal Wisata Waduk Cirata, Jadi Spot Wisata Edukasi

[2] Mengungkap Cerita, Manfaat, dan Pesona Waduk Jawa Barat

[3] Jadi Pembangkit EBT Skala Besar, PLTS Terapung Cirata Mampu Kurangi 214 Ribu Ton Emisi Karbon Per Tahun

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

1 Comment

  1. Attractive section of content I just stumbled upon your blog and in accession capital to assert that I get actually enjoyed account your blog posts Anyway I will be subscribing to your augment and even I achievement you access consistently fast