Aktivis Lingkungan Serukan Gerakan Untuk Berhenti Penggunaan Plastik

  • Aktivis Aliansi Zero Waste Indonesia (AZWI) mengajak masyarakat untuk berhenti memakai plastik sekali pakai.
  • Tim ekspedisi menemukan Sungai Ciliwung yang kini dibanjiri sampah sachet yang diproduksi perusahaan domestik dan global. 
  • Kampanye Greenpeace saat ini juga lebih mendorong ke arah produsen dengan mengajak masyarakat ikut meminta mereka agar beralih ke produk-produk refil dan mengurangi produk sekali pakai.

Aktivis Aliansi Zero Waste Indonesia (AZWI) mengajak masyarakat untuk berhenti memakai plastik sekali pakai,  seperti sachet dan lain-lain , untuk mencegah pencemaran lingkungan yang semakin parah.

Para aktivis yang tergabung dalam aliansi ini ingin mengubah perspektif masyarakat dari daur ulang sachet menjadi perspektif guna ulang dan isi ulang.


Sementara itu Manager Program ECOTON, Dr Daru Setyorini menjabarkan sejumlah fakta yang ditemukan dalam pelaksanaan Program Ekspedisi Sungai Nusantara yang digelar sejak awal 2022.

Tim ekspedisi menemukan Sungai Ciliwung yang kini dibanjiri sampah sachet yang diproduksi perusahaan domestik dan global. 

Sebagaimana kita ketahui Bersama, sachet adalah sampah kemasan plastic fleksibel berukuran kecil yang tidak bisa didaur ulang.

“Kemasan sachet ini mudah tersebar dan tersangkut di dahan dan akar pohon tepi sungai, melepaskan jutaan partikel mikroplastik yang mengandung bahan kimia ftalat dan EVOH yang beracun yang bisa mengganggu sistem hormon dan pemicu kanker,” ujar Daru.

“Harusnya industri ini perlu membuka ke publik, bagaimana rencana pengurangan sampah sachet mereka, sampah plastik mereka, supaya sungai-sungai kita bisa terbebas dari pencemaran plastik,” ujar Daru.

Baca juga :



AZWI menilai tanggung jawab untuk menyelesaikan krisis sampah sachet sejatinya tak hanya dibebankan kepada pemerintah, tetapi juga produsen. 

Sebagaimana telah diatur dalam Peraturan Menteri LHK Nomor 75 Tahun 2019 tentang Peta Jalan Pengurangan Sampah oleh Produsen, setiap produsen harus bertanggung jawab terhadap sampah yang mereka hasilkan.

Sementara itu Founder Komunitas Nol Sampah Surabaya, Hermawan Some, mengatakan sejauh ini tanggung jawab produsen terhadap sampahnya masih kecil.

Dia mencontohkan proses daur ulang yang dilakukan Unilever dari sampah rumah tangga yang sudah tidak berjalan lagi sejak 2019. 

“Kami meminta perusahaan untuk berhenti memproduksi dan membakar sachet, dan sebaliknya berinvestasi secara signifikan dalam sistem penggunaan kembali dan isi ulang,” katanya.
 
Sebelumnya, hasil brand audit Greenpeace Indonesia Juni 2022 mengungkap tiga merek pencemar terbesar di Pulau Tidung. 

Di antaranya, bungkus Indomie produk Indofood paling banyak ditemukan, kemudian bungkus rokok Gudang Garam, dan bungkus biskuit Roma produk Mayora. Sedang tipe sampah tidak bermerek yang paling banyak ditemukan adalah puntung rokok, sedotan plastik, dan kantong plastik/kresek.

Baca juga :



Koordinator Program Break Free From Plastic Asia Pasifik, Miko Aliño menyebutkan bahwa beberapa daerah di Indonesia dan Asia pada umumnya memiliki kapasitas terbatas untuk menangani limbah sachet plastik dengan aman, dan seringkali memaksa pemerintah daerah untuk memilih opsi penanganan yang sangat berpolusi seperti teknologi insinerasi.  

“Kami meminta perusahaan untuk berhenti memproduksi dan membakar sachet, dan sebaliknya berinvestasi secara signifikan dalam sistem penggunaan kembali dan isi ulang,” ujar Miko.

Greenpeace menyebutkan pencegahan sampah plastik ini tidak hanya tanggung jawab konsumen yang membuang sampah di pinggir pantai saja, tapi sudah saatnya produsen juga bertanggung jawab dengan polusi plastik dengan mengurangi penggunaan kemasan plastik sekali pakai untuk produknya.

Kampanye Greenpeace saat ini juga lebih mendorong ke arah produsen dengan mengajak masyarakat ikut meminta mereka agar beralih ke produk-produk refil dan mengurangi produk sekali pakai.

Referensi :

[1] Aktivis lingkungan serukan penggunaan kemasan guna ulang

[2] Aktivis Lingkungan Ramai-ramai Serukan Penggunaan Kemasan Guna Ulang

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *