Sumber Daya Manusia Mobil Listrik Indonesia, Harus Diperhatikan

  • Corporate Affairs External Director Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam mengatakan, era elektrifikasi setidaknya akan membutuhkan 50 keahlian baru.
  • Pengembangan sektor otomotif didukung potensi Indonesia sebagai pasar otomotif yang potensial di ASEAN serta memiliki kapasitas produksi 2,35 juta unit/tahun untuk roda empat dan 9,53 juta unit/tahun untuk roda dua.
  • Sementara itu, Bob Azam, juga mengungkapkan bahwasanya kunci sukses agar Indonesia dapat memasuki era elektrifikasi, bukanlah pada kompetisi para produsen kendaraan

Industri otomotif merupakan satu dari tujuh sektor prioritas dalam pengembangan Industri 4.0 sesuai peta jalan “Making Indonesia 4.0”. 

Pengembangan sektor otomotif didukung potensi Indonesia sebagai pasar otomotif yang potensial di ASEAN serta memiliki kapasitas produksi 2,35 juta unit/tahun untuk roda empat dan 9,53 juta unit/tahun untuk roda dua.

Otomotif juga berkontribusi dalam PDB industri nonmigas, serta mampu berkembang cepat seiring dengan berkembangnya teknologi komunikasi.

Salah satu fokus industri otomotif dalam Making Indonesia 4.0 adalah menjadi pemain utama untuk produksi ICE (internal combustion engine) dan EV (electric vehicle).

Baca Juga



Komitmen Harus Dijalankan

Indonesia punya komitmen sebagai pengembang mobil listrik di Indonesia, tetapi tidak hanya cukup mengandalkan Sumber Daya Alam (SDA), kesiapan sumber daya manusia yang kompeten melalui pengembangan pendidikan vokasi juga perlu disiapkan.

Corporate Affairs External Director Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam mengatakan era elektrifikasi setidaknya akan membutuhkan 50 keahlian baru. Untuk memenuhi keahlian baru itu tentu diperlukan SDM dalam negeri yang berkualitas.

“Untuk menjadi pemenang kita harus siap, tidak cukup mengandalkan natural resources, tapi SDM (Sumber Daya Manusia), di mana-mana sudah jadi pelajaran, terlalu tergantung natural resources malah menjadi fire back. Jadi SDM itu penting,” ujar Bob.

Kolaborasi dengan Kampus

PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) mulai mengubah peta konsep produk Internal Combustion Engine (ICE) ke Battery Electric Vehicles (BEV).

Misalnya Toyota Calya, yang digarap oleh tiga universitas sekaligus; Institut Teknologi Bandung, Universitas Indonesia, dan Institut Teknologi Sepuluh November. Di sisi lain,  Kijang Innova BEV menjadi mobil konsep yang digarap Toyota untuk keperluan studi.

Sementara itu, Bob Azam juga mengungkapkan bahwasanya kunci sukses agar Indonesia dapat memasuki era elektrifikasi, bukanlah pada kompetisi para produsen kendaraan.

Baca Juga



Berbagai pilihan teknologi elektrifikasi yang dapat diakses oleh semua pihak juga dapat mempercepat pengembangan ekosistem kendaraan listrik yang terintegrasi dari hulu hingga hilir. 

“Untuk beberapa kesempatan kita lebih mengedepankan kerjasama dibandingkan dengan kompetisi” sambung Bob.

Karena market mobil listrik itu masih kecil sekali, bahkan di bawah tiga persen, jadi sepertinya terlalu awal untuk berkompetisi.

Editor: Riana Nurhasanah

Referensi:

[1] “Toyota Studi Innova Listrik, Butuh Puluhan Ahli Baru dari Indonesia”

[2] “Kolaborasi Pemerintah dan Industri dalam Wujudkan P3DN Sektor Otomotif”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *