Yuk, Intip Sejarah PLTA Panglima Besar Soedirman

Waduk Mrica
  • Memperkenalkan waduk yang berada di daerah Banjarnegara yang sudah lama dibangun.
  • Permasalahan pada waduk Mrica ini karena adanya sedimentasi
  • Di tahun 2019, waduk Mrica melakukan kegiatan elevasi air dengan proses flushing.

Sumber energi tenaga air yang sangat melimpah di Indonesia menjadikan Indonesia kaya dengan sumber daya alam. Pemerintah selalu memanfaatkan sumber daya alam sebaik mungkin, salah satunya dengan memanfaatkan energi terbarukan. Penciptaan energi terbarukan membuat negara Indonesia berinovasi ke arah yang lebih baik dan menguntungkan.

Seperti yang kita ketahui bersama, negara Indonesia melewati garis khatulistiwa yang menyebabkan Indonesia beriklim tropis yang memiliki musim hujan dan kemarau.

Baca juga:



Pada musim penghujan di daerah Banjanegara terdapat curah hujan cukup tinggi sehingga diciptakan waduk yang bernama Waduk Panglima Besar Jenderal Soedirman atau biasa disebut dengan Waduk Mrica yang merupakan waduk serbaguna. Tujuan adanya waduk ini, selain menjadi pusat Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), bisa pula digunakan sebagai sumber air untuk irigasi, obyek wisata, dan berguna di bidang peternakan ikan.

Waduk Mrica atau PLTA Mrica ini sudah lama dibangun, yaitu sejak era kejayaan pemerintahan Presiden Soeharto yang menjabat di tahun 1987 dan sudah memasuki zaman baru, yaitu masa Orba (Orde Baru).

Waduk ini memiliki kapasitas daya yang mana mencapai angka sebesar 180,93 MW (MegaWatt) dengan luas daerah tangkapan air atau DTA sekisar 957 km2. Waduk Mrica ini memiliki kapasitas awal sebesar 148,92 juta m3 dan memiliki tingkat sedimentasi dengan rencana sebesar 2,4 m3 per tahunnya, maka pada saat perencanaan awal, waduk Mrica ini hanya mampu beroperasi dengan jangka waktu 60 tahun. Dengan demikian, perkiraan masa akhir operasional waduk Mrica ini jatuh pada tahun 2049.

Baca juga:



Selain itu, sedimentasi ini memiliki dampak pada penurunan kapasitas dan usia dari waduk sehingga harus adanya pengelolaan sistem waduk yang efektif dan efisien. Jika adanya sedimen yang masuk ke waduk dalam jumlah yang sangat banyak dapat membuat waduk tersebut menjadi dangkal dan menyebabkan meningkatkan akumulasi sedimen di waduk.

Akibat dari pendangkalan waduk pula menyebabkan waduk tidak menampung air dengan jumlah yang banyak. Nantinya, memberikan dampak buruk bagi fungsi waduk itu sendiri, baik itu sebagai irigasi, pembangkit listrik, maupun pengendalian banjir.

Oleh karena itu, dibutuhkan penanganan khusus yang mendetail guna mengetahui permasalahan-permasalahan yang ada, salah satunya ialah pencegahan laju sedimen. Tujuannya adalah sebagai upaya penangulangan fungsi yang membuat usia operasional Waduk Panglima Besar Jenderal Soedirman atau Waduk Mrica dapat bertahan lama dari perkiraan masa akhir operasional.

Namun, pada saat Banjanegara sedang berada pada curah hujan yang tinggi dalam beberapa hari terakhir, waduk mengalami elevasi yang hampir mencapai batas angka yaitu 231 mdpl (meter di atas permukaan laut).

Elevasi air di Waduk Panglima Besar Jenderal Soedirman ini mengakibatkan volume air dibuang tanpa melalui turbin bisa disebut flushing, akan tetapi dengan cara pembukaan pintu drowdown culvert (DDC). Aktivitas ini dilakukan secara manual dan tidak akan menyebabkan banjir, ataupun hal lainnya.

Pada tahun 2019 diharapkan masyarakat tidak khawatir dengan proses flushing ini, meski dilakukan dalam sembilan kali, dan setiap satu kali membutuhkan waktu 30 menit. Perusahaan pun sudah menyosialisasikan kepada masyarakat setempat mengenai proses flushing yang ada pada Waduk Mrica tersebut.

Editor: Riana Nurhasanah

Referensi:

Kisah di Balik 2 Bendungan Raksasa di Banjarnegara, Potret Masa Kolonial dan Orba

Waduk Panglima Besar Soedirman Mrica, Akan Lakukan Proses Pengurangan Air

Waduk Panglima Besar Jenderal Soedirman

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *