- Berdasarkan data dari Indonesia National Plastic Action Partnership yang dirilis pada bulan April 2020, sebanyak 67,2 juta ton sampah Indonesia masih bertumpuk setiap tahunnya.
- Di Indonesia diperkirakan sebanyak 85.000 ton sampah dihasilkan setiap harinya dengan perkiraan kenaikan yang signifikan pada tahun 2025.
- Pemerintah dan segenap instansi bahkan masyarakat harus tetap aktif berpartisipasi untuk membantu mengurangi limbah sampah di Indonesia. Pertama, menghilangkan teknologi thermal yang biasa digunakan, Selanjutnya adalah mengintensifkan pengomposan, dan terakhir masyarakat harus diberikan sosialisasi secara giat.
Permasalahan sampah di Indonesia pasti sudah familiar di telinga kita, pasalnya berbagai daya dan upaya telah dijalankan dari pemerintah, lembaga peduli lingkungan, bantuan para mahasiswa yang peduli akan keseimbangan ekosistem di Indonesia, dan lain sebagainya. Menunjukan betapa aktifnya partisipasi kita dalam mengatasi permasalahan sampah tersebut. Namun, hal ini belum berdampak signifikan pada pengelolaan sampah di Indonesia, masih banyak masalah-masalah lain yang mesti dihadapi bangsa pada hari ini dan esok mengenai pengelolaan sampah yang masih belum efektif.
Berdasarkan data dari Indonesia National Plastic Action Partnership yang dirilis pada bulan April 2020, sebanyak 67,2 juta ton sampah Indonesia masih bertumpuk setiap tahunnya, dan 9 persen atau sekira 620 ribu ton sampah masuk ke sungai, danau, dan laut.
Baca Juga
- Sampah Menjadi Bahan Energi Baru Terbarukan Apakah Bisa?
- Kolaborasi Digitalisasi Sampah Dorong Ekonomi Sirkular
Di Indonesia diperkirakan sebanyak 85.000 ton sampah dihasilkan setiap harinya dengan perkiraan kenaikan jumlah mencapai 150.000 ton sampah per hari pada tahun 2025. Tentu hal ini yang mesti menjadi perhatian serius bagi pemerintah RI. Gangguan pengelolaan sampah ini ternyata nantinya dapat mengancam keberlangsungan target nol emisi yang sedang dijalankan pemerintah saat ini.
Lalu, selanjutnya apa yang harus kita lakukan untuk mengatasi permasalahan sampah tersebut, terutama pemerintah sebagai pemegang kekuasaan tertinggi? Menurut Wakil Koordinator Kampanye Kebijakan Organis, Yayasan Pengembangan Biosains dan Bioteknologi (YPBB) Bandung, Yobel Novian Putra yaitu dengan beberapa langkah ini di antaranya:
Pertama, menghilangkan teknologi thermal yang biasa digunakan. Hal yang harus diprioritaskan pemerintah adalah menghapus teknologi thermal ini (teknologi pembakaran seperti waste to energy dan sejenisnya). Jika cara ini masih akan terus dilanjutkan dampaknya adalah emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dan abu beracun yang serius. Emisi GRK dan senyawa kimia lainnya adalah dampak utama dari proses pembakaran yang tidak sempurna.
Baca Juga
- Biar Makin Paham Sampah Bersama Zonaebt.com
- Pemerintah Canangkan Teknologi Refuse Derived Fuel untuk Kelola Sampah
Selanjutnya adalah mengintensifkan pengomposan. Menurut Yobel, langkah yang perlu ditempuh adalah memacu pengomposan sampah domestik. Dengan menerapkan metode tersebut, maka volume sampah bisa semakin berkurang. Lahan uruk saniter dan lahan uruk terkontrol juga harus dioptimalkan untuk mengurangi pelepasan gas metana dari sampah.
Kemudian yang tak kalah penting adalah kita sebagai masyarakat perlu menyosialisasikan dengan giat dan anak-anak sepatutnya diberi bekal pendidikan tentang pentingnya menjaga lingkungan, meyakini bahwa jika seseorang membuang sampah sembarangan atau tidak pada tempatnya dapat menimbulkan permasalahan yang sangat masif di lingkungan kita, bahkan masalah tersebut bisa menjadi rantai yang berkesinambungan di masa depan.
zonaebt.com
Renewable Content Provider
Editor: Riana Nurhasanah