- Direktorat Bioenergy Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Edi Wibowo mengatakan pemerintah tengah berupaya dalam proses transisi penggunaan bahan bakar fosil menuju energi terbarukan. Dimana Indonesia memiliki target nol emisi karbon (Zero Net Emission).
- Fabby Tumiwa, selaku Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) menerangkan bahwa sumber daya alam di Indonesia sangat memungkinkan pengurangan terhadap importasi energi yang terjadi.
- Indonesia menjadi net importir minyak dan gas bumi saat ini. Di masa depan, diperkirakan bahwa permintaan pada komoditas energi fosil akan semakin besar.
Diketahui bahwa harga komoditas energi fosil terus melonjak, memicu Indonesia untuk memangkas pengunaan energi fosil dengan melakukan transisi energi menuju sumber energi baru terbarukan (EBT).
Direktorat Bioenergy Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Edi Wibowo mengatakan pemerintah tengah berupaya dalam proses transisi penggunaan bahan bakar fosil menuju energi terbarukan. Dimana Indonesia memiliki target nol emisi karbon (Zero Net Emission).
Indonesia menjadi net importir minyak dan gas bumi saat ini. Di masa depan, diperkirakan bahwa permintaan pada komoditas energi fosil akan semakin besar. Maka dari itu, akselerasi pembangkit EBT berguna untuk mengurangi beban negara.
Baca Juga:
- Inpex, Perusahaan Migas Asal Jepang Kembangkan PLTP di Indonesia
- Pasang PLTS Atap, PT Trigunung Implementasikan Energi Baru Terbarukan
Fabby Tumiwa, selaku Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) menerangkan bahwa sumber daya alam di Indonesia sangat memungkinkan pengurangan terhadap importasi energi yang terjadi. Sebab, Negara Indonesia memiliki SDA yang memadai untuk pengembangan energi bersih.
“Jika, subsidi fosil dihilangkan, maka energi terbarukan akan semakin murah. Subsidi solar dulu cukup besar, sekarang hanya Rp 500 per liter. Lalu muncul biodiesel. Kita bisa kok untuk kurangi subsidi energi fosil,” ujar Edi pada Rabu (16/3), dalam webinar ‘Fossil Fuel Subsidy Reform at the G20: How To Achieve the Post-Pandemic Recovery’,
“Sebetulnya, Indonesia sudah mulai melangkah ke transisi energi dengan pemanfaatan B30, yakni campuran energi biodiesel yang barasal dari minyak sawit dan solar. Sejumlah upaya pengembangan energi terbarukan di Indonesia juga dilakukan dengan membangun sumber-sumber EBT seperti pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP), air, arus laut, dan angin atau bayu, serta baterai. Yang nantinya PLTP akan menggantikan PLTU” tambahnya.
Baca Juga:
- Pemprov Sulsel Dorong Pemanfaatan Biomassa dari Kotoran Hewan Sebagai Energi Alternatif
- Pemerintah Canangkan Teknologi Refuse Derived Fuel untuk Kelola Sampah
Lebih lanjut, Edi mengatakan dalam proyeksi transisi energi periode 2031-2040, pemakaian energi rumah tangga seperti kompor gas secara bertahap akan diganti dengan kompor induksi yang terhubung dengan arus listrik. Diperkirakan juga, sebanyak 12,3 juta mobil dan 105 juta motor akan menggunakan energi listrik dan baterai. Untuk merealisasikan hal itu, diperlukan kerja sama berbagai pihak seperti para pelaku usaha dan pemerintah.
Hal serupa juga dikatakan oleh Aldo Ravazzi selaku Chief Economist Ministry of Ecological Transition of Italy. Ia mengatakan bahwa langkah awal untuk melakukan transisi energi yakni dengan mengurangi subsidi bahan bakar fosil dan dibarengi dengan peluncuran energi terbarukan yang harganya terjangkau oleh masyarakat.
Ia juga menambahkan, jika Indonesia menjadi pelopor dalam transisi energi global seiring Presidensi G20 nanti, Indonesia akan mampu mendorong agenda pengalihan subsidi energi fosil ke subisidi transisi energi dan tentunya akan membutuhkan finansial yang besar dan kesepakan kebijakan politik dunia.
Jika energi terbarukan mulai berkembang di Indonesia, maka tentu saja kita harus mengurangi subsidi bahan bakar fosil dengan harapan membuat posisi harga energi terbarukan mampu bersaing dengan harga energi fosil.
Referensi:
Editor : Bunga Pertiwi