Ancaman Mikroplastik: Sampah Plastik Menggangu Reproduksi Satwa Laut

Ilustrasi Paus dan Pasangannya Tidak Bisa Berkembang BIak Akibat Plastik zonaebt.com
Illustrasi Paus dan Pasangannya Tidak Bisa Berkembang BIak Akibat Plastik. Sumber: Illustrasi Pribadi
  • Studi dari Kangwon National University, Korea Selatan, dan Sohag University, Mesir memaparkan bahwa ketika lingkungan yang konsentrasi mikroplastiknya tinggi, maka tingkat paparan dan konsumsinya juga akan semakin tinggi bagi spesies di dalamnya.
  • Zat kimia yang ada di plastik seperti Endocrine-Disrupting Chemicals (EDC), triphenyl phosphate (TPHP), dibutyl phthalate (DBP), dan diethylhexyl phthalate (DEHP), terbukti mengurangi jumlah sperma dan menurunkan tingkat keberhasilan kawin spesies hewan.
  • Salah satu hewan yang pernah mengalami kemandulan adalah paus orca betina bernama Lulu. Lulu terpapar polychlorinated biphenyls (PCB), yang dahulu banyak digunakan dalam plastik sebelum dan dilarang di 2004 karena menyebabkan gangguan reproduksi.
  • Peningkatan pendidikan dan kesadaran masyarakat untuk memahami serta menghindari dampak mikroplastik dibutuhkan untuk upaya pemahaman lebih lanjut.

Peringatan Hari Margasatwa Dunia (World Wildlife Day) pada 3 Maret 2025 menjadi momentum untuk menyoroti kembali pentingnya konservasi satwa liar. Salah satu ancaman terbesar bagi ekosistem laut adalah pencemaran plastik, yang terus memburuk setiap harinya.

Forum Ekonomi Dunia bahkan memprediksi bahwa pada tahun 2050, jumlah sampah plastik di lautan dapat melebihi jumlah ikan dan organisme laut lainnya. Prediksi ini diperkuat oleh tinjauan studi dari Kangwon National University, Korea Selatan, dan Sohag University, Mesir, yang dipublikasikan dalam jurnal Emerging Contaminants di ScienceDirect pada Desember 2024. Penelitian tersebut mengungkap bahwa akumulasi mikroplastik (MP) berdampak signifikan terhadap kesehatan satwa liar, termasuk sistem reproduksi mereka.

Mikroplastik dan Penyerapannya oleh Satwa

Penelitian yang dilakukan oleh Eunju Jeong, Jin-Yong Lee, dan Mostofa Redwan dari Departemen Geologi mengungkap bahwa interaksi antara mikroplastik dan hewan bersifat kompleks. Kompleksitas ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan serta karakteristik spesies yang terlibat.

“Penyerapan mikroplastik oleh spesies yang berbeda dalam berbagai kondisi lingkungan bergantung pada berbagai faktor. Misalnya, bivalvia (kerang, tiram, dll.) dan beberapa jenis plankton lebih rentan menelan mikroplastik karena mereka aktif menyaring partikel dari air,” tulis Eunju Jeong, penulis utama penelitian tersebut.

Illustrasi Sampah disekitar Kita dapat terpapar oleh paus zonaebt.com
Illustrasi Sampah Disekitar Kita Dapat Mencemari Makhluk Laut. Sumber: Ilustrasi Canva.com

Akumulasi mikroplastik tidak hanya terjadi pada hewan laut, tetapi juga pada hewan darat. Eunju mengutip penelitian Zheng dkk. di China Selatan yang menemukan bahwa mikroplastik telah mencemari berbagai satwa liar, termasuk serangga, siput, krustasea, ikan, ular, burung, hingga tikus tanah. Menariknya, mikroplastik juga ditemukan dalam feses satwa liar tersebut.

“Konsentrasi mikroplastik dalam tubuh satwa (dalam penelitian Zheng dkk.) bervariasi, mulai dari 3,67 hingga 4.180 partikel per individu. Mikroplastik juga ditemukan dalam feses ternak seperti babi, sapi, ayam, serta dalam saluran pencernaan rubah Arktik,” jelas Eunju.

Riset ini juga mengimbau bahwa dalam ekosistem dengan konsentrasi mikroplastik tinggi, tingkat paparan dan konsumsi mikroplastik oleh spesies di dalamnya akan semakin besar. Terutama jika plastik tersebut berbentuk mikro atau nanoplastik, akumulasinya akan terjadi jauh lebih cepat.

Baca Juga



Zat Kimia Plastik Mengganggu Reproduksi Hewan

Selain mengganggu sistem pencernaan, plastik juga dapat memengaruhi kesehatan reproduksi hewan. Reproduksi sangat penting bagi setiap spesies karena berpengaruh pada kelangsungan keturunan dan jumlah populasi.

Dalam penelitian Eunju dan timnya, dampak mikroplastik terhadap kesehatan hewan dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu fisik, fisiologis, dan perilaku. Gangguan pada sistem reproduksi termasuk dalam kategori dampak fisiologis.

Skema Dampak Terpaparnya Hewan oleh Mikroplastik zonaebt.com
Skema Dampak Terpaparnya Hewan oleh Mikroplastik. Sumber: Emerging Contaminants/Science Direct

Studi literatur mereka mengungkap bahwa mikroplastik dapat membawa berbagai zat kimia berbahaya, termasuk Endocrine-Disrupting Chemicals (EDC) seperti Bisphenol A (BPA), yang sering ditemukan dalam plastik makanan. Kadar EDC yang tinggi dapat mengganggu keseimbangan hormon (endokrin) pada hewan.

“Paparan EDC dari mikroplastik telah dikaitkan dengan perubahan organ reproduksi, penurunan kesuburan, dan perubahan kadar hormon pada berbagai spesies akuatik. Dalam beberapa kasus, mikroplastik yang mengganggu endokrin dapat memengaruhi perkembangan organisme, terutama pada tahap awal kehidupan,” jelas Eunju.

Tak hanya itu, bahan kimia dalam plastik juga dapat menurunkan tingkat keberhasilan kawin pada beberapa spesies. Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Environmental Pollution (Elsevier, Januari 2024) menunjukkan bahwa senyawa plastik menghambat kemampuan reproduksi krustasea malakostraka kecil bernama Echinogammarus marinus.

Penelitian ini menyoroti bahwa dari sekitar 10.000 bahan kimia tambahan dalam plastik, tiga di antaranya triphenyl phosphate (TPHP), dibutyl phthalate (DBP), dan diethylhexyl phthalate (DEHP) terbukti dapat mengurangi jumlah sperma serta menurunkan tingkat keberhasilan kawin spesies ini.

Stres Akibat Gangguan Reproduksi

Paus Orca atau Paus Pembunuh terdampar di Pesisir Pantai zonaebt.com
Paus Orca atau Paus Pembunuh terdampar di Pesisir Pantai. Sumber: Wikimedia.org/Kalev Kevad

Penurunan tingkat keberhasilan reproduksi tentu dapat menyebabkan stres pada spesies yang terdampak. Dampaknya terlihat dalam perilaku mereka terhadap lingkungan dan keturunannya. Jurnal Emerging Contaminants mengungkap bahwa mikroplastik dapat mengganggu sistem endokrin, sehingga memengaruhi perilaku kawin dan menyebabkan kelainan organ reproduksi.

“Pada spesies yang menunjukkan pengasuhan orang tua (seperti mamalia), paparan mikroplastik dapat mengganggu perilaku induk terhadap anaknya. Perubahan perilaku akibat paparan mikroplastik juga dapat mengganggu hierarki dan dinamika sosial dalam populasi hewan, memengaruhi kohesi serta fungsi kelompok,” tulis jurnal tersebut.

Contoh nyata dari dampak polusi plastik terhadap reproduksi adalah kasus paus orca betina bernama Lulu, yang ditemukan terdampar dalam keadaan mandul di pantai Skotlandia.

Dilansir dari The Guardian (27/02/19), Lulu terpapar zat beracun polychlorinated biphenyls (PCB), yang dahulu banyak digunakan dalam plastik sebelum dilarang secara global pada 2004 karena terbukti menyebabkan gangguan reproduksi.

Baca Juga



Paul Jepson dari Zoological Society of London, yang meneliti kasus ini, menemukan bahwa Lulu memiliki kadar PCB sebesar 957 mg/kg dalam jaringan lemaknya atau 100 kali lipat dari ambang batas toksisitas. Meskipun masih berada dalam usia produktif, Lulu tidak pernah melahirkan.

“Lulu mengalami kemandulan, padahal dia berada dalam masa keemasannya,” ujar Paul, dikutip dari The Guardian.

Paul menambahkan bahwa mamalia laut sangat rentan terhadap zat ini, karena EDC yang larut dalam lemak cenderung terakumulasi dalam jaringan tubuh mereka. Selain itu, anak paus yang mengonsumsi susu induk yang kaya akan lemak akan menerima paparan toksin dalam jumlah tinggi selama masa menyusui.

Upaya Mitigasi dan Kesadaran Publik

Paus dan Anakannya berenang bersama disetikaran pesisir pantai zonaebt.com
Induk Paus dan Anakannya Berenang Bersama Disekitaran Pesisir Pantai. Sumber: Photo Canva.com

Dua penelitian tersebut menyoroti berkurangnya populasi spesies akibat akumulasi plastik di tubuh mereka, yang jika terus berlanjut dapat mempercepat kepunahan. Akumulasi mikroplastik sering kali tidak disadari dan sulit dihindari, sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menganalisis dampaknya serta mencari solusi mitigasi.

Eunju dan timnya juga menekankan pentingnya analisis lingkungan guna mengurangi pencemaran lebih lanjut. Selain itu, mereka merekomendasikan peningkatan pendidikan dan kesadaran masyarakat agar lebih memahami serta menghindari dampak mikroplastik.

“Penelitian masa depan tentang mikroplastik harus mengatasi beberapa kesenjangan kritis dalam pemahaman kita saat ini. Kesenjangan pengetahuan ini penting untuk menilai dampak lingkungan dan kesehatan secara komprehensif serta mengembangkan strategi mitigasi dan pengelolaan yang efektif,” tutup Eunju Jeong dan timnya.

#zonaebt #sebarterbarukan #ebtheroes #KurangiPlastik #Mikroplastik #KesehatanHewan

Editor : Alfidah Dara Mukti

Referensi

[1] Animal exposure to microplastics and health effects: A review

[2] Gara-gara Sampah, Satwa Laut Sulit “Kawin”

[3] PCBs (POLYCHLORINATED BIPHENYLS)

[4] Plastic Waste Is Turning Tiny Marine Animals Off Sex

[5] Plastics ‘leading to reproductive problems for wildlife’

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *